Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

pestisida
Metode-Metode Pengurangan Residu Pestisida pada Hasil Pertanian
Admin
1 Agustus 2023
110 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Metode-Metode Pengurangan Residu Pestisida pada Hasil Pertanian.

Penggunaan pestisida di Indonesia dewasa ini sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Penggunan pestisida kimia merupakan sarana pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang paling banyak digunakan oleh petani di Indonesia (95,29%) karena dianggap efektif, mudah digunakan dan secara ekonomi menguntungkan. Selain manfaat dari pestisida dalam meningkatkan hasil pertanian, pestisida merupakan bahan kimia yang bersifat bioaktif dan merupakan racun. Setiap racunnya mengandung bahaya dalam penggunaannya, baik terhadap lingkungan maupun manusia.

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pestisida yang dipengaruhi oleh daya racun, volume dan tingkat pemajanan / pemaparan secara signifikan mempengaruhi dampak terhadap kesehatan. Selain itu, dampak penggunaan pestisida pada tanaman juga akan meninggalkan residu pada tanaman tersebut dan pada tanah serta lingkungan disekitarnya.

Apabila residu pada tanaman ini termakan oleh manusia akan berdampak buruk pada kesehatan dikemudian hari, dan apabila residu pestisida ini terakumulasi di dalam tanah juga akan berpengaruh pada kehidupan organisme dalam tanah dan pada tanaman yang ditanam dalam tanah tersebut. Residu pestisida yang terkandung dalam tanaman apabila dikonsumsi manusia akan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia. Pada tingkat ekstrim, residu pestisida dapat menyebabkan kematian. Sedang pada kadar dibawahnya, residu pestisida ini menyebabkan sakit perut dan muntah.

Gejala keracunan akut pada manusia akibat konsumsi residu pestisida adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan, perut mual, dan muntah. Efek keracunan kronis yang terjadi pada manusia akibat konsumsi residu pestisida adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf, sistem imunitas, dan sistem reproduksi.

Usaha mengurangi residu pestisida pada hasil pertanian dilakukan melalui banyak cara dan metode dengan satu tujuan yang sama yaitu memastikan hasil pertanian yang dikonsumsi oleh manusia terbebas dari residu pestisida. Usaha ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia maupun internasional karena bagaimanapun juga, masalah residu pestisida sudah menjadi perhatian dunia. Usaha dalam mengurangi residu pestisida dilakukan pada berbagai tahapan tanam, yang secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu perlakuan prapanen dan perlakuan pasca panen.

Penghilangan residu pestisida yang terdapat pada hasil pertanian tergantung pada berbagai faktor, seperti sifat kimia pestisida itu sendiri, sifat dari komoditas pangan yang diaplikasi pestisida, langkah pengolahan dari awal tanam sampai panen dan lamanya waktu senyawa pestisida melakukan kontak dengan hasil pertanian.

Metode Pengurangan Residu Pestisida pada Perlakuan Prapanen

Penggunaan APH dan Sistem PHT

Agen Pengendali Hayati atau APH merupakan salah satu jenis pengendali hama yang dipersyaratkan dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Sistem PHT ini sebenarnya sudah diundangkan melalui UU Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, yaitu pada Bab VI pasal 20 ayat 1 bahwa perlindungan tanaman dilakukan dengan sistem PHT. APH digunakan sebagai pengganti pestisida sintetik untuk memberantas hama tanaman. APH merupakan spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu.

Penggunaan Pestisida Non Persisten

Salah satu penyebab menumpuknya residu pestisida pada hasil pertanian dan lingkungan adalah penggunaan pestisida yang persisten atau sukar terurai oleh lingkungan. Pestisida yang persisten dapat bertahan pada lingkungan dalam waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun sehingga dampaknya terhadap lingkungan dan tanaman akan terakumulasi pada lingkungan dan tanaman.

Pestisida yang tergolong persisten terhadap lingkungan diantaranya:

  1. Insektisida: DDT, Aldrin, Dieldrin, Klordan
  2. Herbisida: Simazin, Turbacil, Tordon
  3. Fungisida: PMAS, Caloclor, Kadmium

Sedangkan pestisida yang tergolong dalam pestisida yang non persisten diantaranya:

  1. Insektisida: Metoksiklor, Sevin (Karbaril), Malation, Lindan
  2. 2. Herbisida: Paraquat, Dalapon, Daktal
  3. 3. Fungisida: Benlat, Mancozeb, Zineb

Meskipun pestisida persisten memiliki efek yang lama terhadap hama tanaman, akan tetapi pestisida persisten juga menimbulkan efek yang kebal terhadap hama tanaman.

Pengaturan Waktu Aplikasi Pestisida

Salah satu faktor penyebab tingginya kadar residu pestisida pada hasil pertanian adalah aplikasi pestisida yang lebih dari satu kali dalam satu masa tanam. Selain itu, penyemprotan pestisida yang mendekati waktu panen juga menjadi penyebab tingginya kadar residu pada hasil pertanian. Hal ini dikarenakan semakin dekat waktu aplikasi pestisida terhadap waktu panen menjadikan pestisida yang menempel pada hasil pertanian masih banyak dan belum sepenuhnya hilang dari tanaman.

Metode Perlakuan Pasca Panen

Pencucian Hasil Pertanian

Metode perlakuan pasca panen sudah banyak dilakukan baik oleh petani maupun oleh konsumen selaku pihak yang memanfaatkan hasil pertanian. Salah satu metode paling mudah dan murah serta terbukti efektif dalam mengurangi kadar residu pestisida dalam hasil pertanian adalah dengan cara melakukan pencucian terhadap hasil pertanian tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan metode pencucian dengan berbagai teknik dapat menurunkan kadar residu pestisida secara signifikan.

Perendaman Air Panas

Air panas dapat digunakan dalam upaya menurunkan kadar residu pestisida pada tanaman. Hal ini dikarenakan beberapa pestisida memiliki sensitivitas terhadap air panas. Keberadaan air panas akan menyebabkan beberapa pestisida akan terdegradasi sehingga keberadaan pestisida tersebut dalam hasil pertanian akan berkurang atau hilang. Miskiyah dan Munarso (2009) menyatakan residu pestisida pada sayuran menurun secara nyata melalui pencucian dengan air mendidih, di mana > 80% residu pestisida dapat direduksi melalui pencelupan dalam air panas.

Sumber:   researchgate.net

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Pestisida
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak