Memelihara ternak bagi sebagian orang tentu sangat mengasikkan, terutama mereka yang memang punya hobi memelihara ternak tertentu. Memelihara ternak selain bisa menjadi hiburan sekaligus bisa untuk menambah hasil pendapatan keluarga jika dilakukan dengan baik dan benar. Kendala utama yang sering dihadapi peternak adalah bau kotoran yang disebabkan gas amonia yang tinggi.
Banyak peternak seringkali kebingungan mengatasi tajamnya bau kotoran ternak yang sangat menyengat hidung. Masalah bau kotoran ternak menjadi sesuatu pobia tersendiri karena mencemari udara bersih di lingkungan kita. Akan menjadi masalah serius jika kita tinggal di lingkungan komplek perumahan padat penduduk terutama di perkotaan.
Hal itu berlaku untuk semua jenis ternak, baik ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau), ternak ruminansia kecil (kambing dan domba) aneka ternak (kelinci, marmot, hamster, dll) maupun berbagai macam unggas. Tidak heran memang, mengingat bau tak sedap dari hasil limbah peternakan tersebut terasa sangat mengganggu. Masalah bau tak sedap seringkali diikuti ledakan populasi lalat dilingkungan sekitar budidaya.
Penanganan kotoran ternak ini diperlukan bukan saja karena tuntutan sebuah lingkungan yang bersih dan nyaman, tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya. Berkenaan hal tersebut, upaya mengatasi bau kotoran ternak yang mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan maka perlu ditangani dengan cara yang tepat. Salah satu cara alami dan bijaksana adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu misalkan dengan membuat MOL (Mikro Organisme Lokal).
selengkapnya di http://pertanian.go.id
(MP3_S)