Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

tips
Faktor Penting dalam Dinamika Populasi Tikus Sawah
Admin
11 November 2020
77 kali dilihat
facebook twitter whatsapp

Dinamika (naik-turunnya kerapatan) populasi tikus sawah dipengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik.

Faktor biotik meliputi pakan, kompetisi, predasi, kanibalisme, migrasi, dan perkembangbiakan.

Sedangkan faktor abiotik mencakup habitat, sumber air, cuaca dan iklim, serta kegiatan pengendalian oleh manusia.

Komposisi, kompetisi, & dominansi spesies tikus

Jenis tikus yang menghuni lahan sawah irigasi terdiri atas tikus sawah (98,6%), tikus wirok (1,0%), dan tikus rumah (0,4%). Dominansi tikus sawah menunjukkan bahwa spesies tersebut paling sukses beradaptasi dan menjadi ancaman utama pada lingkungan tersebut.

Tingkat kerapatan (densitas) dan fluktuasi populasi

Kerapatan populasi tikus sawah dipengaruhi ketersediaan pakan (adatidaknya padi) dan aktifitas pengendalian oleh petani. Puncak populasi terjadi beberapa saat setelah bera pascapanen karena terjadinya penambahan individu baru (recruitment) hasil reproduksi pada stadia generatif padi. Dalam satu musim tanam padi, terdapat satu kali puncak populasi sehingga pada pola tanam padi-padi-bera terdapat dua (2) puncak populasi. Tanpa usaha pengendalian yang intensif (sejak awal MT1), kerapatan populasi tikus pada MT2 dipastikan lebih tinggi dan merupakan ancaman serius bagi keberhasilan panen MT2. (MT: musim tanam).

Struktur umur

Komposisi umur dalam populasi mencerminkan sifat pertumbuhan populasi. Pada pola tanam serentak, komposisi umur tikus sawah relatif seragam, sedangkan pada pola tanam tidak serempak saling tumpang tindih (overlapping) akibat adanya perkembangbiakan yang terus menerus. Pada ekosistem sawah irigasi padi-padi-bera, ketika memasuki awal tanam MT1 (biasanya musim hujan) populasi tikus didominasi oleh tikus dewasa. Tikus-tikus tersebut merupakan individu yang berhasil bertahan hidup melewati bera panjang setelah MT2 (biasanya MK). Sebagian ahli menyebutnya sebagai ‘tikus pelopor’ yang merupakan cikal bakal populasi tikus yang akan mengkolonisasi pertanaman padi pada musim tanam berikutnya.

Migrasi (perpindahan populasi) tikus sawah

Dibedakan menjadi migrasi musiman dan migrasi akibat bencana alam. Migrasi ditandai dengan melonjaknya populasi tikus secara mendadak pada suatu wilayah, akibat datangnya tikus dalam jumlah besar dalam periode relatif singkat. Migrasi musiman berhubungan erat dengan ketersediaan pakan di lingkungan sawah dan selalu berulang pada setiap musim tanam. Migrasi juga terjadi ketika ada bencana alam seperti banjir. Tikus sawah mengungsi ke tempat aman hingga yang letaknya jauh, sehingga banyak anggota populasi yang tidak selamat. Meskipun demikian, setelah deraan lingkungan berakhir, biasanya jumlah populasi kembali seperti semula (keseimbangan homeostatis).

Pengaruh cuaca (iklim)

Tikus sawah lebih menyukai tinggal di ekosistem padi sawah dataran rendah, karena beriklim hangat dan relatif stabil sepanjang tahun. Di daerah tropis seperti Indonesia, cuaca berdampak tidak langsung terhadap populasi tikus sawah, dengan cara mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan & hewan-hewan kecil sebagai sumber pakan tikus.

Predasi (pemangsaan) dan upaya pengendalian

Ragam predator tikus sawah yang sering dijumpai seperti ular (Reptilia), burung hantu (Aves), kucing, garangan, dan anjing (Mamalia). Faktor penekan utama populasi tikus pada ekosistem budidaya padi adalah tindakan pengendalian yang dilakukan oleh petani.

Preferensi habitat dan pengendaliannya

Habitat asli tikus sawah adalah lahan berumput (grassland) atau lahan yang bersemak. Pada lahan padi sawah, habitat tepi kampung dan tanggul irigasi merupakan tempat yang paling banyak dihuni tikus. Ketika periode bera panjang, habitat kampung merupakan tujuan migrasi tikus sawah untuk berlindung (resting site) dan mendapatkan pakan. Ketika padi stadia vegetatif, semak-semak di sekitar sawah dan lubang di tanggul irigasi dan pematang (besar) digunakan tikus sebagai tempat bernaung sementara (shelter). Tanggul irigasi & pematang besar merupakan habitat yang dipilih tikus untuk membuat lubang sarangnya pada periode aktif reproduksi (nesting site). Bagi usaha pengendalian, habitat tikus sawah merupakan lokasi utama tindakan pemantauan (monitoring) dan pengendalian.

 

Sumber : http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id

 

(MP3_S)

0 Komentar
?
TAGS
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak