Kementerian Pertanian terus melakukan terobosan dalam melanjutkan tongkat estafet pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan melalui pemilihan Young Ambassador Agriculture besutan dari program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS). Program ini didesain untuk mengubah persepsi kaum muda atas sektor pertanian menjadi lebih baik.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tak henti-hentinya memotivasi petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan.
"Petani milenial harus mampu menjadi pilar utama pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan modern. Mengapa demikian, sebab pangan di dunia itu sangat dibutuhkan," ujar Syahrul.
Senada dengan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan,
"Petani milenial harus berjiwa wirausaha, profesional dan memanfaatkan teknologi, dalam lini usaha, mereka kreatif, bersemangat dan ditangan mereka, pertanian Indonesia akan makin maju, mandiri dan modern” tegas Dedi.
Sebagai salah satu rangkaian kegiatan Bootcamp Young Ambassador Agriculture dan Duta Polbangtan/PEPI 2023, 115 peserta berkesempatan mengunjungi Pusat Informasi Agribisnis (PIA) Kementan pada Senin (27/02).
Sebagai informasi, bootcamp ini diikuti oleh petani milenial dan mahasiswa Polbangtan/PEPI, berlangsung selama 6 hari, mulai 23 sampai dengan 28 Februari di Hotel Bumi Wiyata, Depok.
Peserta bootcamp Young Ambasador Agriculture Program YESS (Youth Services) berasal dari seluruh Indonesia dan sudah memiliki usaha di bidang pertanian maupun jasa pertanian yang sudah berjalan kurang lebih 2 tahun.
Sedangkan untuk Duta Polbangtan adalah mahasiswa aktif Polbangtan/PEPI yang direkomendasikan dengan IP minimal 3.00, memiliki wawasan luas mengenai politeknik vokasi serta aktif di media sosial.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri saat menerima kunjungan peserta menyampaikan bahwa program-program Kementan diarahkan untuk merangsang dan melahirkan petani-petani muda baru sesuai dengan cita-cita mewujudkan pertanian Indonesia Maju, Mandiri dan Modern.
"Ada stigma yang selama ini sudah tertanam tentang petani, seperti berpendapatan rendah, kurang menarik, akses permodalan susah, dan petani-petani kita memiliki skill serta pengetahuan yang rendah," katanya.
Stigma tersebut, lanjut Boga bisa dirubah oleh anak-anak muda, generasi milenial yang berani terjun di dunia pertanian. Karena karakter anak-anak muda, menurutnya memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, Kreatif, melek teknologi, mampu berpikir kritis.
Dihadapan para millenial yang sangat antusias, Boga menyampaikan harapan agar ke depan, para petani milenial bisa berkolaborasi dan melakukan sinergi serta resonansi agar regenerasi petani segera terwujud.
"Kolaborasi dan sinergi sudah menjadi kebutuhan, karena tidak semua hal bisa dilakukan sendiri termasuk bagi Biro Humas, oleh karena itu teman-teman petani milenial juga bisa membantu dan mendukung penyebarluasan informasi program, kebijakan dan capaian yang sudah dilakukan Kementan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani," pungkasnya.
Salah satu petani milenial, yang berasal dari Sulawesi Utara, Minahasa Selatan, Melisa Sakul (32 tahun) mengungkapkan bahwa alasannya terjun sektor pertanian adalah untuk memberikan nilai lebih produk pertanian. "Jadi yang kita garap sektor hilirnya, bagaimana agar produk pertanian memiliki nilai lebih dengan pengemasan menarik dan pemasaran yang lebih luas," ungkap Melisa.
Sumber: yesskementan.org