Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar wilayahnya cocok untuk pertanian. Tanaman padi dan jagung adalah dua komoditas pangan yang utama dalam sektor pertanian, sehingga penentuan pola tanam yang tepat mampu membantu meningkatkan produktivitas tanaman. Faktor yang perlu dipertimbangkan saat menentukan pola tanam yakni curah hujan, kondisi tanah, dan ketersediaan air. Pada beberapa tahun terakhir, penelitian tentang penentuan pola tanam padi dan jagung berbasis neraca air telah menjadi fokus utama dalam pengembangan pertanian di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini dikarenakan neraca air merupakan metode yang efektif untuk menilai ketersediaan air tanah dan mengoptimalkan pola tanam tanaman pangan seperti padi dan jagung, sehingga petani akan lebih mudah dalam menentukan kapan dan bagaimana air harus digunakan, serta bagaimana mengoptimalkan penggunaan air yang tersedia di lahan pertanian.
Neraca air adalah perbandingan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air tanaman, neraca air merupakan metode yang melibatkan pengukuran dan analisis kebutuhan air dari tanaman serta ketersediaan air dalam tanah menggunakan data curah hujan, evapotranspirasi, dan kapasitas air tanah, neraca air dapat memberikan informasi yang akurat tentang jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Hasil neraca air akan menunjukkan apakah kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi atau apakah ada kekurangan air yang harus diatasi.
Petani perlu memerlukan pemetaan sumber air dan pengumpulan data tentang debit air yang tersedia di wilayah pertaniannya sehingga petani dapat memahami ketersediaan air tanah di lahan mereka. Langkah berikutnya adalah menentukan kebutuhan air tanaman padi dan jagung dalam setiap fase pertumbuhan. Padi dan jagung memiliki kebutuhan air yang berbeda pada setiap tahapan pertumbuhan, seperti fase vegetatif dan generatif. Data ini dapat diperoleh melalui penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau melalui penelitian lapangan yang dilakukan oleh petani dan ahli pertanian setempat.
Dalam kasus kekurangan air, petani dapat menggunakan strategi pengaturan pola tanam yang sesuai. Misalnya, jika neraca air menunjukkan kekurangan air pada fase generatif padi, petani dapat memilih untuk menunda penanaman padi hingga periode dengan ketersediaan air yang lebih tinggi. Alternatif lain adalah mengganti jenis padi yang lebih toleran terhadap kekurangan air. Pola tanam yang direkomendasikan untuk Musim Tanam 1 (MT1) yakni tanaman Padi dan saat Musim Tanam 2 (MT2) petani disarankan untuk menanam tanaman seperti jagung karena pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Desember dan Januari terdapat surplus air sedangkan pada bulan Mei dan Juni terdapat defisit air. Selain itu, sistem irigasi juga perlu diperhitungkan dalam penentuan pola tanam padi dan jagung berbasis neraca air. Sistem irigasi yang efisien dapat memastikan penyaluran air secara tepat waktu dan akurat ke tanaman, sehingga mengoptimalkan penggunaan air dan hasil panen. Penggunaan air yang efisien juga dapat mengurangi pemborosan sumber daya dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Salah satu wilayah di Indonesia yang telah menerapkan penentuan pola tanam padi dan jagung berbasis neraca air adalah Jawa Tengah. Wilayah ini memiliki banyak lahan pertanian yang subur dan produktif. Namun, ketidakpastian cuaca dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri bagi petani dalam menentukan pola tanam yang tepat. Dengan menggunakan neraca air, petani dapat memperkirakan kebutuhan air tanaman dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya air. Penerapan penentuan pola tanam berbasis neraca air di Jawa Tengah telah membawa berbagai manfaat bagi petani dan sektor pertanian secara keseluruhan. Pertama, pola tanam yang tepat dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan menghasilkan panen yang lebih besar.
Wilayah-wilayah dengan kondisi lahan kering seperti Kecamatan Lewa di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menghadapi tantangan dalam mengembangkan komoditas utama seperti padi dan jagung. Keterbatasan air tanah menjadi faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pola tanam. Peningkatkan efisiensi pertanian dan mengoptimalkan hasil panen, para petani di Kecamatan Lewa disarankan untuk menggunakan pompa air yang bersumber dari air tanah. Hal ini membantu memaksimalkan lahan dan hasil panen, serta memungkinkan untuk melakukan 4 kali masa tanam dalam setahun. Penentuan pola tanam berbasis neraca air juga dapat membantu menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan air tanah dan kebutuhan tanaman, petani dapat menghindari penurunan kualitas tanah dan peningkatan kerentanan terhadap erosi dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi akibat penggunaan air yang tidak efisien.
Penentuan pola tanam padi dan jagung berbasis neraca air juga telah dimasukkan ke dalam program pengembangan pertanian di beberapa wilayah lain di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan ini telah diakui sebagai metode yang efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi kerugian dan kerusakan lingkungan, serta menjaga keberlanjutan sumber daya air untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan peningkatan permintaan pangan di masa depan. Perlu upaya kolaboratif antara pemerintah, peneliti, dan petani untuk terus mengembangkan dan menerapkan pengetahuan tentang neraca air dalam pengembangan pertanian di Indonesia.
Sumber: https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/article/view/38896