Di tengah gemuruh pepohonan dan sapaan alam, terhamparlah ladang-ladang hutan rakyat di Desa Dengok, Gunungkidul. Di sana, petani-petani setempat menjalankan pengetahuan turun temurun dalam mengelola tanaman jati (Tectona grandis), pohon yang telah lama menjadi primadona dalam industri kayu.
Tidak seperti hutan-hutan konvensional, hutan rakyat di Gunungkidul memiliki ciri khas tersendiri. Setiap unit lahan petani, meski berada dalam satu kesatuan, memiliki karakteristik yang unik. Salah satu perbedaannya terletak pada umur pohon dan sistem pemanenan yang diterapkan.
Pemanenan kayu di hutan rakyat Dengok biasanya mengikuti sistem tebang pilih. Namun, terdapat keragaman dalam umur pohon yang ditebang. Hal ini menciptakan keunikan, di mana setiap petani memiliki siklus pemanenan yang berbeda-beda.
Sebuah penelitian mencoba mengungkap misteri di balik umur tebang tanaman jati dan faktor-faktor yang memengaruhinya di Desa Dengok. Dengan menggunakan metode survei, 40 petani dipilih secara sengaja, dan 200 tunggak pohon diukur untuk menentukan umur tebangnya.
Hasil penelitian mengejutkan. Ternyata, rata-rata umur tebang tanaman jati di Desa Dengok adalah 17 tahun. Namun, di antara masyarakat, ada kecenderungan untuk menebang pohon pada usia yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan mereka. Fenomena ini dikenal sebagai "siklus permintaan", di mana kebutuhan akan kayu untuk berbagai keperluan seperti pembangunan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari menjadi penentu utama.
Menariknya, faktor-faktor seperti usia, pendidikan, pendapatan, dan luas lahan petani, ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap umur tebang tanaman jati. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengelolaan hutan rakyat, faktor-faktor budaya dan sosial mungkin memiliki peran yang lebih dominan daripada faktor-faktor ekonomi atau demografi.
Dengan demikian, pengelolaan hutan rakyat tidak hanya melibatkan pemahaman akan siklus alam, tetapi juga melibatkan pengetahuan akan kebutuhan dan pola perilaku masyarakat setempat. Inilah yang membuat hutan rakyat Dengok tetap lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Sumber: etd.repository.ugm.ac.id