Desa Selobanteng di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, dikenal dengan hutan jatinya yang rimbun. Tidak sekadar memiliki makna konservasi lingkungan, bagi warga setempat, pohon jati jadi harta berharga dan bisa diagunkan untuk mendapat kredit tunda tebang.
Decky Suprapto (38), warga Desa Selobanteng, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, dengan bangga menunjukkan deretan pohon jati di kebun miliknya, Selasa (29/3/2022). Dari 83 pohon jati itu, ia bisa mendapatkan kredit tunda tebang atau KTT sebanyak tiga kali sejak 2016 dengan total nilai Rp 32 juta.
Bagi Decky, program KTT dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sangat berarti. Ia tidak perlu buru-buru menjual atau menebang pohon jati miliknya kala membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Cukup menjadikan pohon itu sebagai agunan kredit hingga bisa menjual saat pohon sudah cukup umur untuk dipanen dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sebagai warga desa yang bergantung hidup dari ternak dan kayu jati, Decky juga menanam tanaman gmilina (gmelina, tanaman lima tahunan) di sela-sela lahan jati. â€ÂJadi, kalau ada kebutuhan mendesak, yang dipotong adalah gmilina, bukan jati. Selama tidak ada kebutuhan, jati tidak akan saya potong. Ini untuk tabungan anak,â€Â katanya.
Decky merupakan satu dari ratusan petani di Desa Selobanteng yang menjaga dan merawat pohon jati di hutan rakyat. Total ada 2.220 hektar hutan rakyat di desa itu dengan jumlah pohon jati mencapai 150.000 batang. Terbayang betapa asrinya desa itu.
Konservasi hutan rakyat
Bisa jadi tidak ada yang mengira, sekitar tahun 2007, kondisi hutan di desa itu memprihatinkan karena banyak yang gundul. Kepala Desa Selobanteng Muttaha mengisahkan, saat itu bahkan hawa di desa terasa panas dan warga kesulitan air. Sumber-sumber air di sana hanya memiliki debit yang kecil. Karena begitu sulit mendapat air, warga harus antre mengambil air pada malam hari jika esok hari ingin mandi.
Tahun 2009, ia berkomunikasi dengan Paiton Energy-Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) hingga setahun berikutnya mendapat bantuan bibit jati sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Kesepakatan dengan Paiton Energy, pohon jati tidak ditebang selama sembilan tahun.
Upaya konservasi hutan mulai membuahkan hasil. Selain hutan kembali rimbun, pada 2013, Desa Selobanteng meraih penghargaan sebagai Desa Peduli Hutan tingkat Kabupaten Situbondo. Pada 2016, giliran Paiton Energy meraih Indonesia Green Award lewat program Pengembangan Desa Konservasi Hutan Rakyat untuk Mendukung Kualitas Lingkungan dan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat di Desa Selobanteng. Seiring waktu, persoalan kesulitan sumber air di desa itu berangsur sirna.
Geliat konservasi hutan jati kian terasa saat KLHK menggulirkan program KTT. Pohon jati yang memungkinkan dipanen tahun 2019 tidak jadi ditebang karena warga memilih untuk menjadikannya agunan kredit.
"Akhirnya, pohon jati tidak jadi dipotong hingga sekarang. Warga pun secara ekonomi terbantu karena bisa tetap berusaha meski tanpa menebang pohon," kata Muttaha.
Hutan di Desa Selobanteng tidak sekadar terjaga. Dari hasil penelitian yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan BKT Kebun Raya Purwodadi, keberadaan tanaman jati di sana diperkirakan mampu menyerap karbon sebesar 3.852 ton.
â€ÂIntinya, semakin banyak pohon, maka kemampuan menyerap karbon juga akan semakin besar. Dengan cara menanam pohon inilah kita bisa menekan dampak efek rumah kaca,â€Â kata Fatchur Rohman, dosen Biologi Universitas Negeri Malang. Fatchur, yang intens melakukan monitoring keberhasilan konservasi hutan di Desa Selobanteng, juga melihat adanya kecenderungan Indeks Keanekaragaman Hayati yang tinggi. Ia selama ini memantau vegetasi flora, khususnya yang berada pada jalur menuju lima sumber mata air di sana.
Kesadaran warga untuk tidak menebang tanaman di hutan tak lepas dari peran POMI yang rutin melakukan pendampingan. Mereka berusaha meyakinkan bahwa warga tetap bisa melanjutkan hidup meski tanpa menebang pohon.
Nurlaily Lavianti, spesialis lingkungan POMI, mengatakan, keterlibatan pihaknya dalam pemulihan lingkungan di Desa Selobanteng bukan tanpa alasan. "Dari amdal yang kami miliki, arah angin terbesar mengarah ke Desa Selobanteng. Itu sebabnya, kami terjun ke desa untuk melakukan pemantauan dan mitigasi bencana di sini," katanya.
Meski saat survei lapangan tidak ditemukan debu sisa proses produksi listrik Paiton, menurut Nurlaily, tidak ada salahnya melakukan mitigasi bencana. Itu sebabnya, tahun 2009, tim mulai melakukan penelitian dan setahun kemudian dana tanggung jawab sosial perusahaan dikucurkan berupa pemberian bibit pohon jati. Jenis pohon itu disesuaikan dengan keinginan masyarakat.
"Kami tidak sekadar memberikan bibit. Kami melakukan monitoring rutin tahunan. Hasil tanam bibit itu saat dilihat dari satelit tahun 2014 bisa mencapai 63 persen. Adapun stok karbon yang bisa diserap di sini juga diukur lima tahun sekali. Monitoring dan pendampingan terus dilakukan hingga sekarang agar program bisa berkelanjutan dan semakin baik ke depan,"katanya.
Usaha banyak pihak dalam konservasi lingkungan di Desa Selobanteng mulai dirasakan manfaatnya oleh warga. Mereka tidak lagi waswas akan terjadi bencana tanah longsor sebagaimana dialami desa tetangga yang hutannya gundul. Sumber air pun tak lagi mengering dan warga bisa menikmati keasrian hutan serta stok oksigen yang melimpah.
Sumber: kompas.id