Tomat adalah salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk diekspor. Buah tomat memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasil, mutu, dan penanganan pasca panennya khususnya penyimpanan produk. Penyimpanan yang buruk akan mempercepat pembusukan tomat sehingga membuka peluang kerugian yang besar bagi petani. Umur simpan yang singkat juga memaksa petani harus menjual produk segar tersebut pada saat panen raya yang harganya relatif murah.
Adapun dalam lingkup yang lebih luas, teknologi penyimpanan yang buruk telah berdampak pada pasar komoditas pertanian di Indonesia khususnya komoditas buah-buahan. Banjir buah-buahan import dapat kita jumpai hampir di setiap outlet penjualan di seluruh wilayah Indonesia baik di pasar-pasar tradisional maupun di pasar-pasar modern. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah pascapanen hingga saat ini hampir tidak ada, selain bertumbuh suburnya praktek mafia impor dan tidak adanya kebijakan pemerintah yang serius untuk menyelesaikan permasalahan dalam bidang pertanian khususnya permasalahan pascapanen, hal ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya dalam hal pengembangan teknologi pascapanen.
Secara umum, selama proses penyimpanan dalam suhu ruang, buah tomat akan mengalami penurunan kualitas berupa penyusutan berat, penurunan tingkat kekerasan, dan tingkat keasaman. Di sinilah teknologi penyimpanan berperan untuk menjaga penurunan tersebut terjadi seminimal mungkin. Salah satu teknologi penyimpanan yang dapat digunakan adalah melakukan modifikasi atmosfer atau lingkungan penyimpanan tomat. Dalam teknologi yang dikenal dengan nama Modified Atmosphere Storage (MAS), dilakukan kombinasi suhu dan modifikasi komposisi gas O2 pada ruang penyimpanan tomat. Suhu yang terlalu dingin akan menyebabkan kerusakan produk (chilling injury) dan suhu yang terlalu panas serta komposisi gas O2 yang terlalu banyak pada lingkungan penyimpanan juga akan mempercepat pembusukan tomat. Kombinasi suhu dan komposisi gas yang tepat untuk mengoptimalkan penyimpanan tomat adalah 15? dengan konsentrasi O2 15%.
Pengkondisian lingkungan penyimpanan dapat dilakukan melalui alat penyimpanan seperti gambar di atas. Alat penyimpanan berupa kotak dengan ukuran 90x52x75 cm yang dilengkapi dengan mesin pendingin, mist maker ultrasonic automizer humidifier, 2 buah kipas, thermostat, sensor suhu, lubang masuk dan lubang keluar gas untuk mengatur komposisi gas yang ada di dalamnya serta pintu untuk memasukkan dan mengeluarkan sampel bahan tomat yang disimpan. Dalam mengatur komposisi gas, penurunan gas O2 dilakukan dengan cara mengalirkan gas N2 ke dalam ruang penyimpanan sampai konsentrasi gas O2 mencapai 15%. Apabila konsentrasi gas O2 terlalu rendah, maka dilakukan peningkatan konsentrasi gas O2 dengan mengalirkannya dari tabung gas O2. Sedangkan gas CO2 dialirkan hanya apabila dalam pengaturan konsentrasi CO2 terlalu rendah, dibawah 0,03%.
Dengan adanya pengembangan alat penyimpanan tomat melalui teknologi Modified Atmosphere Storage diharapkan dapat meningkatkan umur simpan dan kualitas komoditas tomat. Kualitas dan umur simpan yang optimal tentunya akan meningkatkan daya jual dan keuntungan bagi petani.
Sumber : Pega, Eusabius P., Bintoro, N., dan Saputro, Arifin D. (2021). Rekayasa Teknologi Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi untuk Memperpanjang Umur Simpan dalam Penanganan Pascapanen Tomat. Jurnal agriTECH. 41 (3): 246-256
(ANS)