Kondisi wilayah Indonesia sebagai negara tropis memiliki dua musim, yaitu musim hujan yang berlangsung pada Oktober hingga Maret dan musim kemarau dari April hingga September. Memasuki musim kemarau termasuk di Bulan Juli ini, tentu saja para petani akan menghadapi tentangan yang cukup besar terkait serangan hama dan penyakit tumbuhan. Manajemen pengendalian hama dan penyakit tumbuhan yang tepat tentu akan mencegah resiko kerugian akibat gangguan hama dan penyakit tumbuhan.
Musim Kemarau dan Kondisi Lingkungan
Kondisi pada musim kemarau ditandai dengan curah hujan yang rendah, suhu udara yang relatif tinggi, serta kelembapan yang menurun. Kondisi ini tentu sangat memengaruhi siklus hidup berbagai jenis hama dan penyakit tanaman. Beberapa hama akan berkembangbiak secara pesat dan tentu saja dapat menjadi ancaman serius bagi tanaman. Sebagai contoh pada tanaman padi, hama seperti wereng batang coklat, penggerek batang padi, dan hama putih palsu menunjukkan peningkatan populasi yang signifikan selama musim kemarau. Begitu pula dengan hama tikus yang merusak tanaman dan ulat grayak yang menyerang daun.
Tidak hanya padi, tanaman sayuran seperti tomat, cabai, bawang, dan kubis juga rentan terhadap serangan hama pada musim kemarau seperti ulat tanah, ulat grayak, kutu daun, thrips, dan lalat buah. Serangan hama ini tentu dapat menyebabkan kerusakan pada daun, batang, hingga buah yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Kewaspadaan terhadap Hama dan Penyakit
Mewaspadai kondisi musim kemarau yang rawan serangan hama, kewaspadaan dan manajemen pengendalian hama secara terpadu perlu diterapkan dengan beberapa tips berikut:
- Pemantauan Rutin
Melakukan pengamatan secara berkala di lapangan untuk deteksi dini keberadaan hama dan gejala penyakit tanaman.
- Penggunaan Varietas Tahan Hama
Menggunakan bibit atau varietas tanaman yang memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu.
- Sanitasi Lahan dan Rotasi Tanaman
Membersihkan sisa tanaman yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan hama dan melakukan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama.
- Pemanfaatan Musuh Alami
Menggunakan predator alami atau musuh alami hama sebagai agen pengendali hayati.
- Penggunaan Pestisida secara Bijak
Mengaplikasikan isentisida sesuai dengan keperluan dan dosis agar tidak menimbulkan resistensi hama dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Musim kemarau membawa tantangan tersendiri bagi sektor pertanian Indonesia, terutama terkait peningkatan serangan hama dan penyakit tumbuhan. Kewaspadaan dan pengendalian terpadu menjadi kunci utama untuk menjaga produktivitas dan ketahanan pangan nasional. Dengan sinergi antara petani, pemerintah, dan peneliti, diharapkan dampak negatif serangan hama selama musim kemarau dapat diminimalkan sehingga hasil panen tetap optimal dan berkelanjutan. Upaya ini juga sejalan dengan pencapaian tujuan SDGs Indonesia yaitu, SDG 2: Tanpa Kelaparan; SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera; SDDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; serta SDG 15: Ekosistem Daratan.
Referensi:
Indiati, S.W. 2016. Pengelolaan hama thrips pada kacanghijau melalui pendekatan pengendalian hama terpadu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 51 – 60.