Secara alami tanaman budi daya dapat diserang oleh berbagai macam patogen dan pertahanan tanaman sangat bervariasi menghadapi serangan tersebut. Secara alami tanaman dikatakan tahan terhadap penyakit adalah kondisi normal penolakan tanaman terhadap adanya organisme asing, sedangkan kerentanan adalah pengecualian di mana tanaman tersebut kondisi tumbuhnya tidak optimal sehingga mudah terserang oleh patogen. Contohnya adalah tanaman yang hidup di daerah yang mengalami kekeringan atau kondisi lingkungan ekstrem lainnya.
Tingkat ketahanan atau kerentanan tanaman bergantung pada dua faktor utama, yakni: kebutuhan substrat dari patogen serta cara tanaman bereaksi terhadap kehadiran patogen. Tipe ketahanan tanaman terbagi tiga, yakni: a) ketahanan bukan inang, b) ketahanan sejati dan c) ketahanan semu (lolos dan toleran).
Ketahanan Bukan Inang
Ketahanan bukan inang adalah tanaman tertentu hanya merupakan inang bagi sejumlah kecil patogen, sebagai contoh spesies tanaman tertentu hanya diserang oleh patogen tertentu. Tanaman bukan inang (non host) mempunyai sifat sangat tahan terhadap patogen tanaman lainnya walaupun kondisi lingkungannya sangat mendukung perkembangan patogen tersebut dan relatif rentan terhadap patogennya sendiri.
Ketahanan Sejati
Ketahanan sejati adalah ketahanan yang terbentuk secara alami karena adanya gen ketahanan di dalam tanaman. Tanaman inang dan patogen yang menginfeksi tidak sesuai karena sebelumnya tidak terjadi proses pengenalan secara kimiawi antara inang dan patogen yang akan menginfeksi. Selain itu, terdapat mekanisme pertahanan yang diberikan oleh tanaman inang sebelum atau setelah infeksi patogen. Ketahanan sejati terbagi dua, yakni ketahanan horizontal dan ketahanan vertikal. Ketahanan horizontal adalah tanaman bekerja melawan semua ras patogen, tingkat ketahanannya rendah, diwariskan secara poligenik, dan merupakan reaksi dari kumpulan gen sehingga sulit diidentifikasi. Ketahanan secara horizontal umumnya beraktivitas sebelum dan sesudah infeksi patogen serta mampu mengurangi laju perkembangan patogen.
Ketahanan vertikal adalah ketahanan tanaman diatur oleh satu atau beberapa gen utama yang dapat bersifat resesif atau dominan, reaksinya secara diferensial, hanya tahan terhadap satu ras patogen, diturunkan ke generasi selanjutnya sesuai dengan hukum Mendel, gennya dapat diidentifikasi, ketahanannya dapat berubah sewaktu-waktu, dapat menunda permulaan terjadinya epidemi penyakit, tetapi saat terserang cepat terjadi peningkatannya. Umumnya, ketahanan secara vertikal aktif setelah terjadi infeksi dan bersifat hipersensitif.
Ketahanan Semu
Ketahanan semu adalah pada keadaan sebenarnya tanaman tersebut rentan namun kondisi tidak menguntungkan untuk terjadinya penyakit. Perlu diketahui bahwa tanaman dapat lolos dari serangan penyakit karena adanya tiga faktor utama yang saling menolak satu sama lain (adanya interaksi antara tanaman inang, patogen, dan lingkungan/disease triangle), tanaman cepat tumbuh, umur tanaman yang tidak sesuai untuk diinfeksi oleh patogen, sistem penanaman polikultur/tumpang sari, sebelumnya tidak terjadi infeksi/pelukaan fisik oleh alat pertanian, tidak ada vektor pembawa (serangga), adanya cendawan antagonis dan kondisi lingkungan, serta iklim yang tidak sesuai untuk pertumbuhan patogen. Bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan oleh serangga dan alat pertanian mudah sekali terinfeksi oleh patogen. Inilah yang disebut sebagai infeksi sekunder.
Sumber: leutikaprio.com