Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

budidaya tanaman
Teknologi Padi Apung: Inovasi Pertanian untuk Atasi Erosi Lahan Produktif
Admin
18 Mei 2024
49 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Teknologi Padi Apung: Inovasi Pertanian untuk Atasi Erosi Lahan Produktif.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah mengembangkan teknologi pertanian padi apung menggunakan rakit bambu di Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Teknologi ini diharapkan menjadi solusi atas berkurangnya lahan produktif di Pulau Jawa. Setiap tahun, sekitar 1.400 hektare lahan subur hilang di Jawa, sehingga petani harus mencari alternatif lahan yang kurang subur atau marjinal, seperti lahan gambut yang selalu tergenang air.

Tantangan Menanam di Lahan Gambut
Lahan gambut memiliki karakteristik unik yang memerlukan metode khusus dalam bercocok tanam. Menanam padi secara konvensional di lahan gambut akan membuat tanaman tenggelam sebelum bisa dipanen. Oleh karena itu, padi harus ditanam dengan posisi mengapung di atas air. Penelitian selama dua tahun di kawasan rawa-rawa menunjukkan bahwa teknologi padi apung sangat efektif untuk memanfaatkan lahan gambut, bahkan bisa meningkatkan ketahanan pangan.

Metode Penanaman Padi Apung
Kunci dari teknologi padi apung terletak pada media tanam yang digunakan. UMY telah mencoba berbagai media tanam seperti serbuk gergaji, kotoran walet, dan rumput kiambang. Media tanam ini dibuat dari bahan-bahan lokal yang dikomposkan dan dicampur dengan gula atau tetes tebu untuk mengaktifkan bakteri. Proses pembuatan kompos memakan waktu sekitar satu bulan.

Di Bantul, inovasi media tanam baru menggunakan limbah bulu ayam yang dicampur dengan serbuk gergaji telah berhasil diterapkan. Media ini tidak memerlukan pupuk tambahan dari penanaman hingga panen.

Implementasi Teknologi Padi Apung
Teknologi padi apung memanfaatkan rakit bambu sebagai tempat tumbuh padi. Uji coba di Bantul menggunakan rakit berukuran 1,5x4 meter dengan varietas padi IR64 atau rojo lele. Botol plastik yang diisi kompos campuran tanah digunakan sebagai pot untuk bibit padi usia 10 hari.

Keunggulan dan Manfaat
Meskipun teknologi padi apung memerlukan biaya awal yang cukup tinggi, dalam jangka panjang teknologi ini lebih ekonomis karena hanya membutuhkan media tanam dan bibit. Selain itu, teknologi ini juga membantu menjernihkan air di lahan gambut dan tidak memicu pendangkalan rawa. Akar padi membantu menjebak lumpur sehingga air menjadi lebih jernih.

Dengan demikian, teknologi padi apung dari UMY tidak hanya menjadi solusi untuk mengatasi berkurangnya lahan produktif, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan yang signifikan.

Sumber: detik.com

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Padi
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak