Hama Ulat grayak_Ulat grayak Spodoptera litura F. (Prodenia litura) termasuk famili Noctuidae, Ordo Lepidoptera. Di luar negeri serangga ini dikenal dengan berbagai macam nama : Common cutworm, Tobacco cutworm, Cotton bowlworm, dan Armyworm. Armyworm mula-mula dialihbahasakan menjadi ulat tentara kemudian diubah menjadi ulat grayak. Ulat grayak bersifat polifag. Tanaman inang selain kedelai adalah kacang tanah, kacang hijau, tembakau, cabai, ubi jalar, buncis, kacang panjang, bayam, dan talas. Ulat grayak tersebar luas di Indonesia meliputi 22 propinsi dengan luas serangan rata-rata mencapai 11.163 ha/tahun. Kerusakan daun (defoliasi) akibat serangan larva ulat grayak mengganggu proses asimilasi dan pada akhirnya menyebabkan kehilangan hasil panen hingga mencapai 85%, bahkan dapat menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian ulat grayak sampai saat ini masih mengandalkan insektisida kimia yang diapliksikan secara teratur/terjadwal. Oleh sebab itu frekuensi aplikasi insektisida perlu diperhitungkan agar secara ekologi dan ekonomi tindakan pengendalian tidak merugikan karena penggunaan insektisida kimia terjadwal dan berlebihan serta secara terus menerus dapat mematikan populasi musuh alami seperti parasitoid dan predator. Disamping itu, akan menimbulkan masalah resistensi dan resurjensi baik hama utama maupun hama lainnya serta mencemari lingkungan.
Cara Pengendalian
Pada dasarnya untuk mengendalikan ulat grayak dapat diterapkan komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT), antara lain:
1. Pengendalian secara kultur teknis, melalui a) Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, b) Tanam serempak dengan selisih waktu antara tanam awal dan tanam akhir tidak lebih dari 10 hari, c) Penanaman tanaman perangkap imago dan telur S. litura, menggunakan kedelai MLG 3023.
2. Pengendalian fisik dan mekanik
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mematikan kelompok telur, ulat stadia 1−2 yang masih berkelompok dan ulat stadia 4−6 yang terletak pada permukaan bawah daun pada bagian atas tanaman.
3. Pengendalian secara hayati
Musuh alami berperan penting untuk mengatur dan mempertahankan keberadaan hama di bawah ambang yang tidak merugikan. Di antara beberapa jenis musuh alami yang dapat digunakan sebagai agens hayati adalah Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV). Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) merupakan salah satu virus yang dapat menyerang ulat grayak. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa SlNPV berpotensi dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak. SlNPV sebagai salah satu agens hayati yang efektif dan dapat diformulasikan serta dapat diproduksi secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak), maka SlNPV layak dikembangkan sebagai bioinsektisida. Salah satu isolat SlNPV yang ditemukan dari kabupaten Banyuwangi (SlNPV-JTM 97C), memiliki potensi yang tinggi sebagai biopestisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai di lapangan. Dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setara dengan 500 g/ha, kematian S. litura setelah aplikasi SlNPV-JTM 97C mencapai 80−100%. Virus pada umumnya bersifat spesifik, yaitu pada tingkat genus saja, akan tetapi strain JTM 97C selain dapat mematikan ulat grayak juga dapat mematikan ulat hama penggulung daun, ulat jengkal, penggerek polong, perusak polong kedelai (Maruca testulalis Geyer), perusak polong pada tanaman kacang hijau, dan ulat kubis (Crocidolomia binotalis Zell). Fakta ini membuktikan bahwa SlNPV JTM 97C juga mampu membunuh serangga sampai ke tingkat ordo Lepidoptera.
Selengkapnya ada di_balitkabi.litbang
Sumber Artikel : http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
(MP3_S)