Memahami Ketersediaan hara pada media tanam dan Serapan hara pada tanaman (bagian 1)
Tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman bergantung pada banyak faktor, antara lain status hara dalam tanah dengan keragaman jenis dan sifatnya, ketersediaan air (irigasi), jenis tanaman yang diusahakan, dan pola pemupukan sebelumnya (Sanchez 1976; Tisdale et al. 1985). Alat diagnosis (kits) untuk mengidentifikasi gejala kekurangan hara bagi tanaman sangat membantu dalam menetapkan kebutuhan unsur hara bagi tanaman tersebut.
Kekurangan unsur hara pada tanaman sering termanifestasikan pada daun (Marshner 1986; Delvian 2006). Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman. Masalah umum dalam pemu- pukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40% (Setyorini dan Ladi- yani 2008). Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi 1988; Hilman dan Suwandi 1989).
Serapan hara adalah jumlah hara yang masuk ke dalam jaringan tanaman. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil analisis jaringan tanaman.
SERAPAN = kadar hara (%) x bobot kering (g)
Misalnya padi sawah memiliki kandungan K dalam jerami 1% dari bobot kering panen sejumlah: 2 ton/ha. Maka besarnya pengangkutan K dalam jerami = 0,01 x 2.000 kg/ha = 20 kg K/ha.
Manfaat dari angka serapan hara antara lain :
- Mengetahui efisiensi pemupukan
- Mengetahui agihan hara dalam tubuh tanaman
- Mengetahui pengangkutan hara dalam tanaman
- Mengetahui neraca hara di suatu lahan.
- Pertimbangan dalam membuat rekomendasi pemupukan.
(nasih.wordpress.com/2010/11/02/serapan-hara/)