Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa perkembangan El Nino saat ini diprediksi akan berlanjut hingga akhir Oktober. Namun, ada kabar baik yang datang pada bulan November, dengan perubahan musim dari kemarau ke musim hujan. Dalam rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, BMKG menyoroti bahwa angin musim monsun dari Asia diharapkan akan membantu mengakhiri kemarau.
Menurut Dwikorita Karnawati dari BMKG, cuaca dapat mulai berubah dengan turunnya hujan pada November, sehingga pengaruh El Nino akan berangsur-angsur mereda. Dalam konteks ini, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati, mengingat kondisi tanah masih kering, sehingga risiko kebakaran hutan dan lahan tetap ada.
Dalam usaha menghadapi kemarau dan fenomena El Nino, berbagai lembaga dan pihak berkontribusi dalam penanganan dan mitigasi. Dwikorita Karnawati mengapresiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), TNI, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi kabut asap dan mencegah polusi udara lintas batas.
KLHK juga menyatakan bahwa upaya pencegahan polusi udara di Indonesia telah berhasil, tanpa dampak mencapai negara tetangga seperti Malaysia. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengatasi dampak negatif dari fenomena alam seperti El Nino.
Pertemuan ini juga menyoroti masalah utama yang dihadapi Indonesia, yaitu El Nino dan perubahan iklim. Cuaca ekstrim yang diakibatkan oleh fenomena ini telah mengganggu banyak sektor, terutama pertanian dan ketahanan pangan.
Meskipun tantangan ini besar, Indonesia terus berusaha mencari solusi. Salah satu pendekatannya adalah melalui inovasi teknologi pertanian. Salah satu contohnya adalah teknologi Agrokonservasi Biosoildam MA-11 yang dikembangkan oleh Nugroho Widiasmadi. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan hasil panen dalam kondisi cuaca ekstrim seperti yang diakibatkan oleh El Nino.
Dengan teknologi ini, hasil panen bisa meningkat hingga dua kali lipat, biaya produksi dapat ditekan hingga 70 persen, dan, yang tak kalah penting, tanah pertanian dilindungi dari penggunaan racun kimia yang berbahaya. Inovasi semacam ini dapat membantu petani dan masyarakat lebih luas dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Dengan peran aktif BMKG dan upaya para ilmuwan dan inovator di Indonesia, harapan untuk menghadapi dan mengakhiri dampak negatif dari El Nino semakin mendekati kenyataan.
Sumber: tribunnews.com