Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

produk olahan
Manfaatkan Produk Petani Lokal untuk Bumbu Dapur Bubuk
Admin
21 Juni 2024
18 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Manfaatkan Produk Petani Lokal untuk Bumbu Dapur Bubuk.

Dwi Indriyanti, 32, mulai memproduksi bumbu dapur kering dalam bentuk bubuk selama dua tahun terakhir. Dibantu suaminya Yudha Suryatama, 34, warga Padukuhan Jombang, Sendangadi ini memanfaatkan produk petani lokal sebagai bahan baku.

Tak tanggung-tanggung, kini Dwi sudah memproduksi cabai bubuk halus, cabai bubuk kasar, bubuk bawang merah dan bawang putih. Tidak hanya itu, dia juga memproduksi lemon dan kelapa kering. Bumbu-bumbu ini, awet disimpan hingga satu sampai dua bulan.

Sebelumnya, Dwi mengambil produk bumbu dapur dari orang lain. Karena tidak bisa menjamin komposisi bahan baku dan kualitas produk, Dwi akhirnya memberanikan diri untuk memproduksi bumbu dapur sendiri.

Menginginkan produk lokal dan murni, Dwi memilih mengembangkan produk dari petani lokal. Dia pun mengamati, beberapa bahan baku produk pertanian di Indonesia harganya fluktuatif. Kadang rendah, bahkan bisa meroket.

Dia semakin yakin, setelah mendapat pengalaman dari kerabatnya yang juga petani. Puluhan kilogram cabai terbuang sia-sia karena penjual cenderung membeli murah. Selain itu, cabai sudah terlalu merah di pohon. "Akhirnya terbuang karena nggak ada yang ngambil. Nah, kan sayang sekali ya," ujarnya Minggu (6/2).

Selain merugi, cabai yang dibuang begitu saja akan menimbulkan permasalahan baru. Sementara petani juga kesulitan mendapatkan supplier. Karena produk lokal kalah bersaing dengan produk import.

Demikian juga dengan jeruk lemon. Begitu panen, akan dilakukan sortir. Jika didapati satu sampai dua bintik bekas lalat buah, jeruk lemon hanya akan dibuang. Padahal, buah tersebut masih bisa dimanfaatkan. Dengan diiris tipis, kemudian dikeringkan. “Bila ingin menikmatinya tinggal diseduh,” lanjutnya.

Dengan demikian dia semakin bersemangat mengembangkan riset. Dia mengeksplorasi daya tahan bumbu dapur, bagaimana tetap lebih awet. Tentunya untuk mengetahui daya keawetan ini, melalui uji laboratorium. "Produksi ini masih rumahan. Masih dikelola sendiri, belum mencari karyawan," katanya.

Melalui usaha sampingan ini, Dwi ingin memperkenalkan dan membuktikan produk lokal merupakan produk terbaik. Jangan sampai, masyarakat mendapatkan harga lebih murah tetapi kualitasnya kurang bagus. “Nggak semua barang bagus harus mahal, dan produk lokal tdak harus mahal," tandasnya.

Hasil produksinya pun hanya dijual dari Rp 15 ribu untuk bubuk cabai kasar. Hingga Rp 57 ribu lemon kering per 50 gram. Dalam sebulan, omzet yang didapatkan mencapai Rp 1 juta samapai Rp 2 juta. “Sebagian penjualan dilakukan oleh saudara maupun kerabat (offline, Red)," kata staf karyawan di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Sumber: radarjogja.jawapos.com

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak