Pertanian adalah dunia yang penuh dengan tantangan. Petani tidak hanya harus memiliki pengetahuan tentang pemuliaan bibit dan teknik budidaya, tetapi juga harus memahami iklim. Di tengah berbagai cabang ilmu pertanian, Agro Meteorologi muncul sebagai ilmu relatif baru yang masih jarang dikenal di kalangan petani, khususnya di Indonesia.
Agro Meteorologi adalah kajian iklim dalam konteks pertanian. Mengapa ini menjadi penting? Karena faktor cuaca bisa menjadi penentu sukses atau kegagalan panen. Saat kekeringan atau banjir melanda, tanaman dapat rusak parah, serupa dengan serangan penyakit. Oleh karena itu, memahami iklim menjadi kunci bagi petani untuk mengelola risiko yang mungkin terjadi.
Di Indramayu, sekelompok petani muda membentuk Klub Pengukur Curah Hujan Indramayu (KPCHI) dengan tujuan membantu petani di desa-desa mereka memahami iklim. Mereka menawarkan berbagai layanan iklim, termasuk panduan untuk mengukur curah hujan di lapangan, pengamatan agro-ekologi, evaluasi panen, pengorganisasian klub pengukur curah hujan, serta menyajikan pengetahuan baru. Para petani muda ini mengakui bahwa mempelajari iklim memang sulit, tetapi mereka percaya bahwa dengan kesabaran, manfaatnya akan terasa.
Salah satu contoh manfaat langsung Agro Meteorologi adalah pada musim tanam tahun 2015. Saat itu, mereka berhasil membantu petani menanam padi lebih awal sebagai strategi menghadapi cuaca kering akibat fenomena El Nino. Hasilnya, panen petani masih berlimpah, dan produksi mencapai 5-6 ton per hektare. Namun, di tahun 2016, saat fenomena La-Nina mendatangkan cuaca basah, imbauan untuk tidak menanam semangka tidak diindahkan, menyebabkan kerugian pada petani yang memilih menanam semangka.
Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya Agro Meteorologi dalam membantu petani menghadapi tantangan cuaca yang seringkali tidak dapat diprediksi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang iklim, petani dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijak dalam bertani, sehingga mengurangi risiko kerugian yang mungkin terjadi.