Kompos bisa terbuat dari berbagai bahan organik, seperti limbah peternakan, limbah pertanian, limbah beberapa industri, limbah rumah tangga, dan gulma yang tumbuh di perkebunan. Tiap kompos mengandung nitrogen dan karbon yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda harus menggunakan lebih dari satu komponen sumber bahan agar kandungan nutrisi di dalam kompos lengkap.
Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di dalam perkebunan atau areal tanam. Tumbuhan ini harus rutin disiangi agar pertumbuhannya tidak semakin merajalela. Pasalnya, tumbuhan liar tersebut bisa menjadi kompetitor tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara, sinar matahari, dan air.
Selain menjadi kompetitor, gulma juga bisa menjadi tempat tinggal atau inang bagi beberapa penyakit dan hama yang merugikan tanaman.
Namun, ada beberapa jenis gulma yang berpotensial untuk diolah menjadi kompos. Pengolahan gulma menjadi kompos tentu saja bisa menjadi alternatif untuk memanfaatkan tanaman yang semula tidak berguna dan merugikan.
Jenis gulma yang sering dibuat menjadi kompos antara lain Calopogonium mucunoides atau legume yang sering dikenal oleh masyarakat Jawa dengan nama kacang asu. Selanjutnya, ada Centrosema pubescens. Kedua gulma tersebut kerap ditemui di bekas lahan perkebunan karet.
Selain kedua jenis gulma tersebut, masih ada gulma Crotalaria mucronata, Crotalaria juncea (orok-orok), dan Thitonia diversifolia (pahitan). Biasanya, pahitan dijumpai di dataran tinggi. Berikut ini kandungan nutrien di dalam gulma-gulma tersebut.
- Thitonia diversifolia mengandung 3,4 persen nitrogen, 0,3 persen fosfor, dan 3,1 persen kalium.
- Crotalaria mucronata mengandung 5,0 persen nitrogen, 0,2 persen fosfor, dan 1,5 persen kalium.
- Centrosema pubescens mengandung 2,6 persen nitrogen, 0,2 persen fosfor, dan 1 persen kalium.
- Crotalaria juncea mengandung 5,14 persen nitrogen, 0,43 persen fosfor, dan 3,95 persen kalium.
- Calopogonium mucunoides mengandung 3,7 persen nitrogen, 0,3 persen fosfor, dan 2,7 persen kalium.
- Cromolaena odorata mengandung 2,65 persen nitrogen, 0,53 persen fosfor, dan 1,9 persen kalium.
Sumber: doktor.pertanian.uma.ac.id