Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

pupuk organik
Mengenal Jenis-jenis Gulma yang Bisa Diolah Menjadi Kompos Organik
Admin
26 Juli 2024
35 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Mengenal Jenis-jenis Gulma yang Bisa Diolah Menjadi Kompos Organik.

Kompos bisa terbuat dari berbagai bahan organik, seperti limbah peternakan, limbah pertanian, limbah beberapa industri, limbah rumah tangga, dan gulma yang tumbuh di perkebunan. Tiap kompos mengandung nitrogen dan karbon yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda harus menggunakan lebih dari satu komponen sumber bahan agar kandungan nutrisi di dalam kompos lengkap.

kompos

Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di dalam perkebunan atau areal tanam. Tumbuhan ini harus rutin disiangi agar pertumbuhannya tidak semakin merajalela. Pasalnya, tumbuhan liar tersebut bisa menjadi kompetitor tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara, sinar matahari, dan air.

Selain menjadi kompetitor, gulma juga bisa menjadi tempat tinggal atau inang bagi beberapa penyakit dan hama yang merugikan tanaman.

 
Penyiangan gulma umumnya dilakukan secara manual atau menggunakan herbisida apabila jumlah gulma yang tumbuh sudah terlalu banyak. Biasanya, gulma dikumpulkan lalu dimusnahkan agar tidak tumbuh kembali.

Namun, ada beberapa jenis gulma yang berpotensial untuk diolah menjadi kompos. Pengolahan gulma menjadi kompos tentu saja bisa menjadi alternatif untuk memanfaatkan tanaman yang semula tidak berguna dan merugikan.

Jenis gulma yang sering dibuat menjadi kompos antara lain Calopogonium mucunoides atau legume yang sering dikenal oleh masyarakat Jawa dengan nama kacang asu. Selanjutnya, ada Centrosema pubescens. Kedua gulma tersebut kerap ditemui di bekas lahan perkebunan karet.

Selain kedua jenis gulma tersebut, masih ada gulma Crotalaria mucronataCrotalaria juncea (orok-orok), dan Thitonia diversifolia (pahitan). Biasanya, pahitan dijumpai di dataran tinggi. Berikut ini kandungan nutrien di dalam gulma-gulma tersebut.

  • Thitonia diversifolia mengandung 3,4 persen nitrogen, 0,3 persen fosfor, dan 3,1 persen kalium.
  • Crotalaria mucronata mengandung 5,0 persen nitrogen, 0,2 persen fosfor, dan 1,5 persen kalium.
  • Centrosema pubescens mengandung 2,6 persen nitrogen, 0,2 persen fosfor, dan 1 persen kalium.
  • Crotalaria juncea mengandung 5,14 persen nitrogen, 0,43 persen fosfor, dan 3,95 persen kalium.
  • Calopogonium mucunoides mengandung 3,7 persen nitrogen, 0,3 persen fosfor, dan 2,7 persen kalium.
  • Cromolaena odorata mengandung 2,65 persen nitrogen, 0,53 persen fosfor, dan 1,9 persen kalium.

Sumber: doktor.pertanian.uma.ac.id

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak