Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

hortikultura
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Jeruk Keprok SoE untuk Kuasai Pasar Domestik
Admin
28 Januari 2022
85 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Jeruk Keprok SoE untuk Kuasai Pasar Domestik.

Jeruk merupakan buah yang  digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena besarnya kandungan vitamin C di dalamnya. Salah satu jenis jeruk yang biasa dikonsumsi adalah jeruk keprok yang banyak tumbuh di daerah Batu, Jember, Banyuwangi, Garut, Timor Tengah Selatan, dan Bali. Adapun terdapat satu jenis jeruk yang menjadi primadona yaitu jeruk keprok SoE (Citrus reticulata, Blanco) khas Timor Tengah Selatan. Sayangnya, produksi jeruk keprok SoE mengalami penurunan hingga 129.351 pohon dari tahun 2001 ke 2002 karena serangan penyakit. Akibatnya, pada pasar dalam negeri, jeruk ini kalah bersaing dengan jenis jeruk impor.

Secara umum, jeruk lokal Indonesia kalah bersaing di pasar dalam negeri karena kuantitas dan kualitasnya kalah dibandingkan dengan jeruk impor. Lebih lanjut, masalah dan tantangan kuantitas dan kualitas itu adalah proses produksi, penanganan pasca panen, proses pemasaran, dan kelembagaan petani.Teknologi perbaikan kualitas jeruk ini terdiri atas pengadaan benih yang bermutu, pengelolaan pertanaman jeruk, peningkatan mutu buah melalui degreening (penguningan) dan aplikasi GA3 (giberelin), pengendalian hama dan penyakit sistemik, serta penanganan pasca panen.

Foto: klikdokter.com

Pengadaan benih menjadi hal yang cukup krusial dalam produksi jeruk keprok SoE. Pengadaan benih berkualitas dapat dilakukan dengan pembangunan Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT). Benih yang dapat menghasilkan jeruk keprok berkualitas tinggi adalah bibit jeruk berlabel biru. Selanjutnya, salah satu faktor yang sangat signifikan menurunkan produksi jeruk keprok SoE adalah penyakit tanaman. Phytophthora sp, Diplodia sp dan virus sporosis merupakan penyakit terpenting pada tanaman jeruk keprok SoE. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu memakai batang bawah yang tahan terhadap penyakit Phytophthora sp. dan Diplodia sp. seperti Cleopatra, Taiwanica dan Citromello 4475. 

Penyakit jeruk juga dapat dipicu oleh penanganan pasca panen yang kurang tepat. Secara umum teknologi penanganan pasca panen buah jeruk adalah pemanenan, pencucian, sortasi, penguningan, pelapisan lilin, penyimpanan dan pengemasan. Cara pemanenan yang tepat adalah dilakukan saat umur jeruk 31−32 minggu setelah bunga mekar dengan cara tangkai buah dipotong dengan jarak sekitar 5 cm dari pangkal buah guna memicu tunas bunga saat waktu pembuahan berikutnya. Pencegahan penyebaran penyakit tanaman jeruk keprok SoE juga dapat dilakukan dengan pencucian buah yang dilanjutkan dengan pencelupan ke cairan sanitaser selama 5 detik. Proses selanjutnya adalah sortasi untuk menentukan mutu buah dan memisahkan jeruk yang cacat atau rusak sesuai dengan 3 kelas mutu berdasarkan SNI 3195-2009. 

Setelah sortasi, dapat dilakukan proses tambahan berupa penguningan (degreening) agar warna kuning buah merata. Buah jeruk dicelupkan ke dalam larutan ethrel (nama dagang hormon etilen) berdosis 1−2 ml/L selama 1 menit, lalu ditiriskan sampai kering. Kemudian, buah disimpan dalam keranjang selama 2−3 hari hingga warna buah menjadi kuning. Proses selanjutnya adalah pelapisan cairan lilin dengan mencelupkan buah ke dalam cairan lilin dengan perbandingan 1:1. Selama penyimpanan, buah jeruk dapat disimpan pada suhu kamar 27-30°C dengan umur simpan hingga 3 minggu atau suhu dingin 9-11°C dengan umur simpan 8 minggu dan penyusutan bobot yang lebih sedikit 1-3 kali lipat dari penyimpanan suhu kamar. Secara teknis, pengemasan dilakukan menggunakan peti kayu yang dialasi kertas kraf atau bahan lain untuk mengurangi goncangan dalam pengangkutan yang dapat menyebabkan kerusakan buah. Bentuk peti bisa persegi panjang (60 x 30 x 30 cm) atau bujur sangkar (30 x 30 x 30 cm) dengan berat tidak lebih dari 30 kg. Ketebalan papan 0,5 cm, dengan lebar 8 cm dan jarak antar papan 1,5 cm untuk menjaga kelembaban dan suhu tidak terlalu panas. (Nala)

Sumber: Fuka, D.E., Krave, A.S., dan Hastuti, S.P. (2018). Upaya Peningkatan Produksi Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata, Blanco) di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship V.

0 Komentar
?
TAGS
Hortikultura
Jeruk
PascaPanen
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak