Bagi Petambak udang, banjir merupakan suatu masalah yang memiliki banyak dampak negatif terhadap budidaya udang. Bukan tanpa alasan, pasalnya banjir dapat menyebabkan kerugian karena bisa membuat udang keluar berhamburan dari tambak. TIdak hanya itu, berikut adalah dampak dari tambak udang kena banjir:
- Merusak tambak, termasuk jaringan irigasi dan tanggulnya.
- Menurunkan kualitas air tambak dan membuat udang stres.
- Membuat Petambak kehilangan biaya operasional dan biaya perawatan karena udang budidayanya terbawa banjir.
- Mengakibatkan perubahan signifikan terhadap kualitas dan kuantitas udang yang terdampak banjir saat dibudidayakan.
- Membawa dan meningkatkan populasi hama di tambak seperti ikan liar yang dapat mengganggu pertumbuhan udang.
- Merusak dan mengikis dinding-dinding tambak akibat arus yang dibawanya.
Cara Mengatasi Banjir di Tambak Udang
Sumber: eFishery
1. Memasang Waring di Sekeliling Tambak
Penggunaan waring di sekeliling tambak berguna untuk menangkap udang agar tidak hanyut terbawa banjir. Bapak/Ibu bisa memasang waring dengan tinggi 1-1.5 meter dan mengikatnya dengan kuat agar waring mampu bertahan dari arus banjir yang besar.
2. Membuat Pembuangan Air
Pembuangan air merupakan sistem yang mirip dengan sistem overflow. Sistem pembuangan air dibuat dengan pelubangan pada tanggul untuk membuang kelebihan air di tambak. Cara ini dilakukan hanya jika banjir terjadi pada area petakan tambak saja.
3. Melakukan Pengapuran
Pengapuran dilakukan agar pH di dalam air tidak turun secara drastis karena air hujan atau mencegah air yang pHnya rendah untuk masuk ke tambak.
4. Melakukan Pemanenan
Pemanenan dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian yang disebabkan oleh adanya banjir. Hal ini adalah cara paling terakhir jika kondisi banjir tidak bisa diprediksi dan terus bertambah tinggi.
Penanganan Tambak Pasca Banjir
1. Melakukan Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menguji dan menentukan apakah kondisi lokasi tambak masih aman dan layak untuk budidaya. Jika sudah tidak layak, Bapak/Ibu perlu memindahkan tambak ke lokasi baru yang punya reputasi bebas dari banjir.
2. Melakukan Pengecekan Outlet Secara Berkala
Outlet merupakan saluran keluarnya air dari tambak. Pengecekan outlet secara berkala dilakukan untuk memastikan tidak ada penyumbatan di dalamnya agar air yang membanjiri tambak bisa lancar terbuang. Outlet perlu dibersihkan setidaknya 1 kali/bulan agar tidak ada kotoran yang menyumbat.
3. Meninggikan Dinding Tambak
Meninggikan dinding tambak merupakan salah satu strategi yang paling mudah dilakukan untuk penanganan tambak pasca banjir. Dinding tambak yang tinggi berfungsi untuk mencegah air banjir untuk masuk dan tercampur dengan air tambak yang bisa menyebabkan udang stres. Selain itu, peninggian dinding tambak juga berfungsi untuk mencegah udang hanyut dan keluar dari tambak.
4. Menggunakan Sistem Overflow
Overflow merupakan sistem pembuangan air di tambak jika air sudah melebihi batas maksimalnya. Sistem overflow memungkinkan pembuangan langsung terhadap air berlebih agar tidak membanjiri tambak. Namun, teknik ini hanya bisa digunakan jika air hanya membanjiri tambak, bukan membanjiri lingkungan sekitarnya.
5. Membangun Sistem Drainase yang Efektif
Sistem drainase atau pembuangan air harus dipastikan dapat berfungsi dengan baik agar air yang berlebih dapat dikontrol dan dialirkan. Selain itu, sistem drainase yang efektif juga bisa membuat air tidak menggenangi tambak dan lingkungan sekitarnya.
6. Memperbaiki Kualitas Air
Memperbaiki kualitas air tambak yang terkena banjir bisa dilakukan dengan pengapuran dan pergantian air. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan kembali kondisinya sehingga aman dipakai untuk budidaya.
Cara Mencegah Terjadinya Banjir di Tambak Udang
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang bisa dikurangi dampak negatifnya melalui beberapa tindakan agar tidak mengganggu budidaya udang. Berikut adalah cara lengkapnya:
Memilih lokasi budidaya yang terhindar dari banjir rutin, terletak di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang surut 2-3 meter, mempunyai jenis tanah bertekstur lumpur liat atau lumpur berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 20%, berjarak 50-150 meter dari garis bibir pantai, dan memiliki green belt sebagai daerah penyangga berupa hutan bakau.
- Menggunakan kalender pasang surut air laut agar Bapak/Ibu dapat memprediksi dan menyesuaikan waktu siklus budidaya dengan jadwal pasang tinggi.
- Memasang pompa air untuk mengeluarkan air agar tidak menggenangi tambak.
- Membersihkan saluran inlet dan outlet 1 kali/bulan dan melakukan pengecekan secara berkala.
- Membangun sistem drainase yang sempurna.
- Membuat konstruksi kolam dengan tanggul yang tinggi.
- Membuat sistem overflow yang bagus saat pembuatan kolam tambak.
- Membuat sub soil agar tidak terjadi penggembungan plastik ketika banjir saat pembuatan kolam tambak
Sumber: efishery.com