Beternak domba maupun kambing identik dengan stigma kotor dan menyita banyak waktu. Namun semua hal itu berhasil dipatahkan oleh Rayndra Syahdan (27), dengan konsep beternak modern yang ia bangun.
“Dari awal memilih beternak domba, saya memikirkan cara agar bisa beternak secara efisien. Untuk pakan tidak perlu ngarit rumput setiap hari dan menciptakan kandang yang bersih bebas bau,” terang Rayndra mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 101, Rabu (28/12/2022).
Walaupun pilihannya menjadi peternak sempat ditentang oleh orang tuanya, Rayndra tetap nekat terjun ke sektor peternakan. Rayndra merupakan lulusan fakultas peternakan dari Politeknik Pertanian Magelang, maka itu ia yakin dengan latar belakang keilmuannya serta potensi yang ada di lingkungannya bisa membawa kesuksesan bagi bisnis yang dipilih.
“Mulai merintis tahun 2016 dengan modal 15 juta rupiah yang saya peroleh dari program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian yang diselenggarakan Kementan RI,” terangnya.
Modal itu dimanfaatkan Rayndra untuk membangun kandang sederhana dan membeli 10 ekor domba. Rayndra menuturkan, fokus awal bukan menargetkan besarnya keuntungan materil tetapi membangun konsep beternak yang efisien.
“Saya pelajari kebutuhan pakan domba setiap harinya berapa, lalu berapa protein dan serat yang dibutuhkan. Setelah ketemu hitung-hitungannya dan kebetulan saya ada ilmunya untuk buat ransum, sudah dari situ saya mulai rajut formulanya,” jelasnya.
Pengolahan pakan sebagian besar dari limbah seperti, kulit kacang hijaung, tumbi & janggal jagung, tongkol ketela, kangkung, bungkil sawit, bungkil kopra, dan cgf. Untuk kandang, Rayndra mengatakan dibangun desain panggung dan bagian bawahnya dibiarkan tanah, agar kotoran bisa terdegradasi secara alami sehingga mengurangi bau.
Setelah yakin dengan konsep beternaknya, Rayndra fokus untuk membentuk Cipta Visi Farm di desa Trenten, Candimulyo, Magelang dan akselerasi permodalan dengan membuka kerja sama dengan investor. Ia pun menceritakan investor pertamanya berasal dari Papua, mereka tertarik untuk menjadi investor setelah melihat promosi Rayndra di salah satu channel Youtube.
“Itu masih di tahun pertama saya merintis, setelah komunikasi lebih detail beliau langsung transfer 100 juta rupiah. Hingga saat ini saya belum pernah bertemu langsung dengan beliau, namun alhamdulillah kerja sama tetap terjalin setiap bulan juga rutin saya kirim bagi hasilnya,” ujarnya.
Di Cipta Visi Farm, Rayndra menuturkan tidak hanya fokus budidaya tetapi juga pengolahan produk dan pemberdayaan dengan diadakan Sekolah Tani Milenial dua kali dalam satu bulan baik offline maupun online. Selain itu juga pengolahan limbah kotoran menjadi pupuk.
“Bahkan hasil dari kelola limbah kotoran bisa lebih besar dari budidaya domba itu sendiri,” ujar Rayndra sambil tertawa.
Rayndra juga menuturkan selain berhasil beternak tanpa perlu mengarit dan membangun kandang yang bebas dari bau, ia juga sudah menggunakan teknologi qr code untuk pendataan setiap domba di Cipta Visi Farm. Hal ini bertujuan untuk melihat grafik keberhasilan dalam memperbaiki genetika domba dan silsilah domba itu sendiri, bahkan hal ini bisa meningkatkan harga jual domba.
Saat ini sudah ada 1.200 domba yang dikelola dengan total aset sekitar 4 miliar rupiah, Rayndra sendiri memiliki target hingga 3.000 domba dengan asumsi bisa melahirkan 10 domba setiap harinya. Harga domba sendiri relatif stabil bahkan cenderung terus meningkat dibandingan hewan ternak lainnya.
“Dulu waktu awal rintis harga per kg 26.000 rupiah, sekarang sekitar 59.000 rupiah per kilo. Tidak hanya harga, potensi pasarnya pun terbuka lebar. Kami saja saat ini baru mampu memenuhi 3% kebutuhan di Magelang dan Yogyakarta,” terangnya.
Rayndra pun berharap dengan konsep beternak modernnya bisa lebih meningkatkan minat para milenial untuk terjun ke sektor peternakan selain itu ia ingin mengubah mindset para peternak lama yang menganggap beternak sebagai simpanan/tabungan menjadi bisnis.
“Sukses dalam bisnis ternak tergantung pada mindsetnya, lalu dalam memulai usaha tidak selalu harus punya modal besar tetapi yang terpenting adalah bangun konsep bisnisnya,” pesan Rayndra.
Ila Failani, Bidang Komunikasi & Kerjasama Antar Lembaga Intani dan selaku host mengatakan Rayndra sebagai contoh nyata milenial terbuka dengan teknologi serta terus belajar dan membuat inovasi-inovasi dalam bertani, sehingga tercipta konsep modern yang menarik bagi milenial lainnya untuk mengikuti jejak Rayndra.
Ketua umum Intani, Guntur Subagja juga menyampaikan dalam pengantarnya memang sangat penting dalam membangun mindset para petani. “Pembentukan mindset sangat penting, bukan hanya dalam meregenerasi petani tetapi juga membangun konsep bertani,” ujarnya.
Guntur menyampaikan berdasarkan data sekitar 70 persen peternak fokus pada penggemukan ternak menjelang hari raya Idul Adha saja. “Jika mindset para peternak terus seperti ini sangat kurang baik, karena bisa menyebabkan populasi bibit ternak terus menurun,” jelasnya.
Langkah yang dilakukan Rayndra sudah sangat tepat menurut Guntur, bangun breeding nya dan kelola maksimal setiap sektor peternakannya sehingga nilai keuntungan bisnisnya bisa maksimal.
Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Cara Modern Beternak Domba, Modal di Awal Untung Seterusnya’ ditayangakan via daring zoom dan streaming di TANITV turut dihadiri Dewan Pakar Intani Slamet Wuryadi, Direktur Independen PTPN IV Sumatera Utara Atas Wijayanto, Dosen Fakultas Petanian UNS Surakarta Sutarno, dan ratusan peserta dari berbagai daerah lainnya.
Sumber: intani.org