Di Dukuh Sawur, sebuah desa yang hijau dan subur, masyarakat setempat telah lama mengenal singkong sebagai salah satu tanaman penting. Namun, selama ini, hanya umbi singkong yang menjadi perhatian utama, sedangkan daunnya hanya dimanfaatkan sebagai makanan sederhana. Melihat hal ini, sebuah terobosan menarik muncul dari masyarakat Dukuh Sawur: mengubah daun singkong menjadi kain ecoprint yang bernilai ekonomi tinggi.
Kain ecoprint adalah sebuah bentuk kreativitas yang menggabungkan seni dengan prinsip ekologi. Cara pembuatannya pun unik, menggunakan teknik pounding (penumbukan) dan steaming (penguapan) yang sederhana namun efektif. Melalui pelatihan yang telah dilakukan, terungkap bahwa proses pembuatan kain ecoprint ini tidak hanya mudah tetapi juga dapat dilakukan di mana saja, menjadikannya sangat cocok untuk UMKM lokal.
Keistimewaan lain dari metode ini adalah bahan-bahannya yang mudah didapatkan. Daun singkong, yang tersedia melimpah di Dukuh Sawur, menjadi bahan utama. Hal ini tidak hanya membantu dalam mengurangi limbah daun singkong, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Kain ecoprint dari daun singkong ini tidak hanya unik, tetapi juga ramah lingkungan. Setiap lembar kain yang dihasilkan adalah perpaduan seni dan alam, menghasilkan motif yang tak ada duanya. Hal ini membuat kain ecoprint dari Dukuh Sawur tidak hanya menarik bagi pasar lokal, tetapi juga berpotensi menarik minat pasar global yang semakin menyukai produk ramah lingkungan.
Dengan inovasi ini, Dukuh Sawur tidak hanya memperkenalkan sebuah produk baru, tetapi juga menginspirasi banyak pihak tentang bagaimana sumber daya alam yang sederhana dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi. Kain ecoprint dari daun singkong ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang dan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar kita.
Kisah dari Dukuh Sawur ini adalah contoh nyata bahwa inovasi dan kreativitas bisa datang dari mana saja, bahkan dari daun singkong yang selama ini mungkin kita abaikan. Ini membuka mata kita bahwa potensi untuk berkembang dan berinovasi selalu ada di sekitar kita, menunggu untuk digali dan dikembangkan.
Sumber: journal.uii.ac.id/