Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti pupuk P yang mudah larut/water-soluble P/WSP (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP, MOP), bahan kimia, produk makanan dan suplemen hewan, dan detergen. Industri pupuk menggunakan sekitar 90% fosfat alam yang diproduksi di dunia. Konversi fosfat alam menjadi pupuk P yang mudah larut memerlukan biaya tinggi, pemborosan energi dan memerlukan jumlah bahan kimia seperti asam sulfat dan asam fosfat yang besar. Oleh karena itu diperlukan peningkatan efisiensi penggunaan pupuk P. Salah satunya adalah menggunakan fosfat alam sebagai pupuk secara langsung (direct application phosphate rock/DAPR).
Namun demikian tidak semua fosfat alam dapat digunakan untuk direct application tergantung dari reaktivitasnya karena selain harus dapat melarut juga harus dapat tersedia bagi tanaman. Fosfat alam yang mempunyai reaktivitas atau kelarutan yang relatif tinggi dapat digunakan secara langsung sebagai pupuk pada lahan kering masam. Fosfat alam juga dapat digunakan di lahan sawah masam bukaan baru atau lahan sulfat masam dengan syarat kadar Fe dalam fosfat alam rendah.
Penggunaan fosfat alam secara langsung sebagai pupuk diharapkan mempunyai efektivitas yang sama dengan pupuk P yang mudah larut. Efektivitas fosfat alam ditentukan oleh beberapa faktor antara lain reaktivitas, ukuran butiran, pH tanah, dan respon/tanggap tanaman.
Fosfat alam yang mempunyai reaktivitas dan nilai RAE rendah terdapat kemungkinan untuk memperbaikinya dengan teknologi pupuk yang pada umumnya memang mengarah untuk menciptakan pupuk yang lebih efisien baik sehubungan dengan keperluan tanaman dan tanah maupun nilai ekonominya.
Teknologi pupuk untuk mengefisienkan pupuk P dapat dilakukan dengan cara biologi antara lain dengan membuat fosfokompos (mencampurkan fosfat alam dengan kompos), inokulasi dengan versicular-arbuscular mycorrizha, menggunakan mikroorganisme pelarut P, dan menggunakan species tanaman yang toleran terhadap defisiensi P. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengasaman sebagian dan dikenal dengan pupuk PARP (partially acidulated phosphate rock). Teknologi ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengefisienkan penggunaan superfosfat dan fosfat alam.
Namun hal ini bukan merupakan teknologi baru sama sekali, karena cara pembuatannya seperti pupuk superfosfat hanya penggunaan asam yang ditambahkan tidak sebanyak dalam pembuatan superfosfat. Sampai saat ini yang banyak digunakan antara 25-50% asam dan ketersediaan P lebih tinggi dari fosfat alam tetapi lebih rendah dari superfosfat. Sedangkan kandungan P dalam PARP antara 26-36% P2O5. Namun demikian kualitas pupuk PARP belum ditetapkan secara pasti.
Dari proses pembuatan PARP selain menggunakan asam yang lebih rendah, kapasitas pabrik dapat ditingkatkan dan dapat digunakan bahan batuan fosfat alam yang tidak dapat dipakai untuk bahan pembuatan superfosfat. Pupuk tersebut dapat digunakan pada tanah masam (Ultisols dan Oxisols) dan sebagian Inceptisols serta pada tanah netral dengan tingkat defisiensi P yang rendah.
Sumber: pertanian.go.id