Pertanian berkelanjutan menjadi jawaban di tengah tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Salah satu pondasi utama dalam mewujudkan pertanian sehat dan berkelanjutan adalah transformasi dalam sanitasi lahan. Sanitasi lahan tidak hanya berperan dalam menjaga produktivitas tanaman, tetapi juga dapat mengoptimalkan kesehatan ekosistem, tanah, dan mengurangi dampak negative penggunaan bahan kimia. Tujuan dan manfaat dari sanitasi lahan antara lain adalah menurunkan populasi hama dan penyakit tumbuhan, mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen, menyiapkan lahan agar sehat dan mendukung budidaya selanjutnya, serta mendukung keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem pertanian.
Proses sanitasi lahan harus mempertimbangkan berbagai jenis sumber kontaminan yang terbagi menjadi dua golongan utama, yaitu kontaminan patogenik yang meliputi agen biologis seperti hama, penyakit (jamur, virus, bakteri), tanaman inang, dan gulma, serta kontaminan non-patogenik yang berasal dari benda mati di lingkungan sekitar lahan seperti genangan air, batu, kerikil, plastik, kaca, akar, sampah, dan material lainnya.
Proses sanitasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kontaminan tersebut antara lain adalah perebahan, sanitasi manual, mekanis, dan kimiawi. Perebahan dapat dilakukan untuk mengendalikan gulma dan sisa tanaman yang menghalangi pertumbuhan tanaman. Sanitas manual dapat dilakukan dengan cara mencabut kontaminan patogenik seperti gulma atau mengambil dan mengumpulkan kotaminan non patogenik seperti bebatuan. Pengendalian kontaminan secara meaning dapat dilakukan menggunakan alat seperti cangkul atau alat pangkas lainnya. Sementara itu, sanitasi kimiawi dapat dilakukan di lahan dengan skala luas memnggunakan herbisida sistemik atau kontak secara bijak.
Transformasi Sanitasi Lahan
- Penerapan Metode Organik
Penggunaan pupuk organik seperti kompos, pupuk hijau, dan pupuk kandang sebagai pengganti pupuk kimia mampu meningkatkan kesuburan tanah secara alami sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. Praktik sanitasi dilakukan tanpa menggunakan herbisida kimia, melainkan secara manual atau mekanis agar keberagaman hayati tanah tetap terjaga.
- Pengelolaan Limbah dan Praktik Daur Ulang
Sisa tanaman hasil sanitasi diolah menjadi kompos atau pupuk organik, bukan dibakar, sehingga dapat mengurangi emisi karbon sekaligus meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah.
- Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengurangan penggunaan pestisida sintetis dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan biopestisida atau agen hayati serta menerapkan rotasi tanaman untuk menekan siklus hidup hama dan penyakit. Sanitasi rutin juga membantu mencegah tempat persembunyian hama pada gulma dan sisa tanaman.
- Teknologi Modern dan Rekayasa Mikrobioma
Teknologi seperti sensor, sistem irigasi pintar, dan pemetaan digital dimanfaatkan untuk mendeteksi area lahan yang rawan penyakit. Sementara itu, rekayasa mikrobioma rizosfer dapat meningkatkan populasi mikroba tanah yang bermanfaat, mempercepat dekomposisi sisa organik, dan menjaga kesehatan tanah.
Transformasi sanitasi lahan merupakan langkah penting untuk mewujudkan pertanian yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan metode organik, pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, pengendalian hama dan penyakit terpadu, serta pemanfaatan teknologi modern dan rekayasa mikrobioma, sanitasi lahan tidak hanya menjaga kualitas tanah dan hasil panen tetapi juga melindungi ekosistem secara keseluruhan. Upaya ini menjadi kunci untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, sekaligus mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani secara jangka panjang.
Referensi:
Aqilla, A.R., A. Razaq, E. Yuniarti, dan L. Handayuni. 2024. Pentingnya sanitasi bagi kesehatan lingkungan di pertanian. Jurnal Pertanian Agros 26 (1): 4355-4359.
Bertani Academy. Sanitasi Lahan. https://academy.bertani.co/wiki/persiapan-lahan-sanitasi-lahan. Diakses pada 28 Juli 2025.