Susu menjadi salah satu sumber nutrisi yang penting bagi manusia.
Dosen Fakultas Peternakan UGM Dr. Widodo, M.Sc, dalam acara puncak Dies Natalis UGM ke-70, meluncurkan produk susu Low Kolesterol (Lowkol), Dia menelitinya sejak tahun 2009 dan produknya sudah mendapatkan hak paten pada 2018. Widodo menjelaskan, susu Lowkol merupakan produk pangan yang dikembangkan untuk kesehatan. ”Susu ini tetap bahan pangan, cuma bermanfaat bagi aspek kesehatan. Tidak bisa diklaim sebagai obat,” ujar Widodo saat ditemui KAGAMA belum lama ini. Susu Lowkol dibuat dengan menggunakan bakteri baik (probiotik) yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan. Ide dasar membuat produk ini berawal dari ASI yang mengandung human-milk oligosaccharides (HMOs).
Kandungan HMOs diketahui memacu bakteri baik (probiotik) dan sistem imunitas pada bayi. Dengan demikian, bayi yang minum ASI dalam pencernaannya banyak mengandung probiotik. Menurut Widodo, ASI sangat berharga bagi manusia. Bakteri baik sisa pencernaan bayi umur 1 bulan yang minum ASI, kemudian digunakan sebagai sumber probiotik untuk membuat susu Lowkol. ASI sangat baik bagi sistem pencernaan bayi yang belum berkembang. Bayi belum bisa diberikan nutrisi lain selain ASI. ”Dalam konteks ilmu mikrobiologi, ASI memacu bakteri baik membantu kesehatan sistem pencernaan, yang kemudian berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan,” ujarnya. Salah satu tema yang sekarang dikaji oleh Widodo adalah komposisi mikrobia dalam perut.
Widodo menerangkan, mikrobia dalam perut sangat menentukan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Bayi yang hanya minum ASI, mikrobia di dalam perutnya akan berkembang sesuai dengan tahapan umurnya. Jika nutrisinya baik, maka bakteri baiknya akan dominan. “Jika nutrisinya berubah, maka mikrobianya juga berubah. Mikrobia dalam sistem pencernaan manusia di Jepang, Korea, Taiwan, China, itu berbeda dengan negara-negara di bagian Selatan.” “Karena dietnya beda. Bakteri baik di sana lebih lebih didominasi oleh bifidobacterium sedangkan kita lebih banyak lactobacillus,” pungkasnya. Widodo kemudian melakukan riset lebih lanjut, dengan mengambil mikrobia dari sisa pencernaan bayi sehat. Dalam hal ini, bayi yang sehat itu lahir tanpa sesar dan ibunya tidak mengonsumsi obat.
Mikrobia tersebut lalu dimurnikan, dilakukan seleksi pada bakteri baiknya, dan diidentifikasi. Selanjutnya, Widodo melakukan pengecekan tingkat kemampuan probiotiknya dengan diuji coba pada tikus percobaan. ”Tikusnya Saya induksi diabet, hasilnya gula darah dan kolesterolnya tinggi. Kemudian Saya beri obat penurun gula (metformin), gula darahnya turun.” “Bersamaan dengan itu, Saya beri susu Lowkol, kolesterol turun dan gula darahnya juga turun tetapi tidak sedrastis jika menggunakan metformin,” tutur Kepala Badan Penerbit dan Publikasi (BPP) UGM ini. Karena pada tikus sudah teruji, Widodo lantas menguji cobanya langsung pada responden manusia yang obesitas. Responden tersebut kemudian diarahkan untuk mengikuti treatment (intervensi), dengan meminum susu Lowkol setiap hari satu botol (100 ml) selama satu bulan. Tanpa minum obat antibiotik dan jenis obat lainnya serta asupan pangannya dicatat.
Setelah satu bulan mengonsumsi susu tersebut, responden melakukan pengecekan gula darah dan kolesterol. “Terbukti kolesterol turun, tetapi kadar gula darahnya tetap. Itulah mengapa produk susu Saya diberi nama Lowkol,” jelasnya. Produk Susu Lowkol merupakan kombinasi pemahaman Widodo tentang mikrobiologi, ilmu pangan dan teknologi susu. Susu ini dapat berperan sebagai penurun kolesterol dan dapat dikonsumsi untuk usia remaja sampai dewasa, serta bebas dari bahan kimia. Setelah peluncurannya, Susu Lowkol akan segera diproduksi secara massal. Sementara ini Susu Lowkol sudah tersedia di Plaza Agro Gadjah Mada. (Kinanthi)
Sumber :
http://kagama.co/lowkol-inovasi-susu-probiotik-penurun-kolesterol-karya-ugm/2
(MP3_S)