Penggunaan fosfat alam sebagai pupuk masih sangat terbatas, disebabkan oleh beberapa faktor penghambat. Salah satunya adalah variasi kadar P2O5 yang sangat besar dalam fosfat alam, baik secara total maupun dalam ketersediaannya bagi tanaman.
Meskipun berasal dari deposit yang sama, kadar ini dapat sangat beragam, menyebabkan respons tanaman yang berbeda pula. Selain itu, fluktuasi kadar P2O5 dan elemen lainnya dapat menyulitkan dalam spesifikasi, yang pada gilirannya mengakibatkan kesulitan dalam pengadaan, perdagangan, dan penggunaan.
Umumnya, fosfat alam yang berasal dari batuan beku dan metamorfosa memiliki kelarutan yang jauh lebih rendah daripada fosfat alam yang berasal dari sedimen. Hal ini menjadi kendala tambahan dalam pemanfaatannya.
Ukuran butiran fosfat alam yang halus, seperti tepung, juga dapat menyulitkan penggunaan di lapangan. Untuk mengatasi masalah ini, telah diproduksi fosfat alam berbentuk granular, meskipun ini dapat berpotensi mengurangi ketersediaan nutrisi.
Selain itu, fosfat alam mengandung unsur seperti logam berat dan radioisotop yang pada konsentrasi tertentu dapat membahayakan lingkungan. Jika digunakan langsung sebagai pupuk dan larut dalam tanah, ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang signifikan.
Di Indonesia, deposit fosfat alam masih terbatas dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen yang tepat terhadap cadangan fosfat alam untuk menjaga kelangsungan pasokan. Fosfat alam merupakan bahan baku utama untuk pupuk fosfat dan merupakan sumber yang tak tergantikan.
Diperkirakan bahwa cadangan dunia hanya cukup untuk 100-120 tahun ke depan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pengelolaan yang tepat diperlukan untuk menjaga kelangsungan penggunaan fosfat alam di masa mendatang.
Sumber: pertanian.go.id