Telur semut atau kroto menjadi salah satu produk bernilai ekonomi. Bahkan di Tasikmalaya, Jawa Barat ada lahan khusus untuk budi daya kroto. Masyarakat bisa mulai membudidayakan kroto untuk mencari peluang bisnis. Terlebih, pasokan kroto untuk dunia peternakan burung terus dicari.
Budi daya kroto bisa dilakukan di lahan kosong. Seorang pembudidaya kroto di Yogyakarta, Widodo mengatakan, dengan bermodal media toples dan keuletan memahami karakter semut, usaha ini bisa berjalan sukses.
Bahan pakan semut ini pun terbilang sederhana yaitu, air gula dan ulat Hong Kong. Setiap sarang semut bisa menghabiskan satu ons ulat Hong Kong.
Menurutnya, sekarang ini per kilo kroto bisa dijual ke petani hingga Rp 190 ribuan. Sedangkan kalau sudah sampai ke tukang pakan burung, sekilo diharga Rp 230 ribu hingga Rp 240 ribu.
Selain sebagai pakan burung, kroto bisa dijadikan menu makanan. Bisa diolah jadi pepes kroto atau sop kroto, dengan harga jual fantastis. Bisa disetarakan dengan masakan yang menggunakan sarang burung walet. Selain makanan, kroto juga bisa dijadikan bahan dasar kosmetik.
Hingga saat ini Widodo sudah merambah ke luar Indonesia, yakni Belgia, Thailand dan China. Sedangkan untuk pangsa pasar dalam negeri, Widodo sudah pernah mengirim semutnya ke semua pulau dan kota seluruh Indonesia, termasuk ke Papua.
Sumber: linkumkm.id