Perbanyakan tanaman hutan dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji, dan mengalami penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan yaitu tanaman memiliki sistem perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Perbanyakan secara generatif memiliki beberapa kelemahan yaitu keturunan yang dihasilkan kemungkinan tidak sama dengan induknya, dan waktu untuk berbuah lebih lama.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, umbi dan akar. Perbanyakan secara vegetatif memiliki keunggulan yaitu memiliki sifat yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbunga serta berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih banyak, dan memiliki akar yang tidak sekuat tanaman yang diperbanyak secara generatif.
Salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah melalui setek pucuk. Setek pucuk yaitu metode perbanyakan tanaman dengan memanfaatkan pucuk tanaman. Tanaman hutan yang dapat diperbanyak melalui setek pucuk misalnya kayu putih. Perbanyakan kayu putih melalui setek pucuk digunakan untuk perbanyakkan klon unggul, yaitu klon yang memiliki rendemen, produksi biomasa daun dan kadar sineol minyak yang tinggi.
Teknik perbanyakan dengan stek pucuk pada kayu putih dilakukan dengan memanfaatkan tunas-tunas muda. Tanaman kayu putih memiliki kemampuan bertunas (sprouting ability) yang bagus, sehingga untuk menumbuhkan tunas-tunas muda dapat dilakukan dengan mudah. Untuk memacu munculnya tunas-tunas muda, batang tanaman kayu putih dilukai atau di girdling. Selanjutnya akan muncul tunas-tunas muda dalam jumlah yang banyak.
Sumber setek pucuk dapat berupa anakan yang tumbuh dalam polybag atau pohon yang tumbuh di lapangan. Bahan setek yang terbaik adalah pucuk ranting yang muda (juvenile) dari tanaman muda (umur 6 bulan-2 tahun) atau dari pohon dewasa yang dipangkas. Trubusan dari pohon dewasa yang baik untuk bahan setek pucuk berumur antara 1-2 bulan. Pemangkasan dapat menstimulir pertumbuhan tunas baru yang bersifat juvenile.
Untuk produksi setek pucuk dalam jumlah besar perlu dibangun kebun pangkas. Kebun pangkas merupakan sekumpulan pohon unggul yang dijadikan sebagai sumber setek. Perbanyakan setek pucuk sebaiknya dilakukan dalam rumah berkabut (misting house), yang kelembaban dan suhunya diatur dengan pengabutan. Jika tidak tersedia fasilitas pengkabutan, bedengan dapat ditutup plastik dan naungan paranet dengan intensitas cahaya antara 25-50%. Untuk mempercepat pembentukan akar, pucuk setek dapat dicelupkan dalam larutan hormon akar. Melalui perbanyakan stek pucuk ini maka sifat genetik kayu putih yang dimiliki oleh pohon induknya akan terbawa pada bibit yang dikembangkan.
Sumber : http://dlhk.jogjaprov.go.id
(MP3_S)