Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

garam
Inovasi Pengembangan Produksi Garam Melalui Teknologi Membran pada Mini Plant Garam dari Rejected Brine
Admin
31 Agustus 2023
69 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Inovasi Pengembangan Produksi Garam Melalui Teknologi Membran pada Mini Plant Garam dari Rejected Brine.

Pengembangan Garam Industri Terintegrasi merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden 109 Tahun 2020. Proyek ini terdiri dari tiga bagian besar yakni Pabrik Pengolahan Garam Rakyat, Produksi Bittern Terintegrasi, dan Pabrik Garam PLTU. Ketiga program ini sangat strategis untuk mengatasi persoalan tingginya impor garam dan belum tercukupinya produksi garam dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional serta kualitasnya masih di bawah SNI sebagai garam industri.

Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Wahyu Utomo selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas yang diwakili Asisten Deputi Ketahanan Kebencanaan dan Pemanfaatan Teknologi Muksin, berkesempatan menghadiri peresmian Mini Plant Garam dari Rejected Brine di PLTU Suralaya, Cilegon – Banten, Rabu (15/12/2021).

Mini Plant ini merupakan buah hasil kajian dan inovasi teknologi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yaitu dengan memanfaatkan rejected brine PLTU dari sisa pengolahan air laut yang digunakan pada boiler pembangkit listrik. Rejected brine kemudian diproses menggunakan teknologi membran secara bertingkat mulai dari Membran Ultrafiltrasi, Membran Nanofiltrasi, Membran Reverse Osmosis, serta Membran Brine Concentrator. Air tawar hasil evaporasi dalam boiler kemudian dapat dimanfaatkan sebagai air baku yang dapat dikonsumsi.

Proyek Mini Plant yang dikembangkan PLTU Suralaya memiliki kapasitas jumlah produksi garam 750 ton per tahun. Sinergi pembuatan Mini Plant Pabrik Garam Industri dilakukan BRIN bersama dengan PT Indonesia Power.

“Potensi rejected brine dari PLTU di Pulau Jawa jika dimanfaatkan seluruhnya, akan menghasilkan garam yang memenuhi syarat dengan mutu Chlor Alkali Process (CAP) sekitar 1,8 juta ton,” ungkap Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Energi Industri Kimia (PTSEIK) BRIN Hens Saputra.

Jumlah tersebut hampir mencukupi kebutuhan garam CAP sebesar 2,4 juta ton. PLTU Suralaya sendiri memiliki potensi produksi garam sebesar 368.730 ton/tahun.

Pada kesempatan tersebut, Plt. Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BRIN Prof. Dr. Eng. Eniya Listiyani Dewi juga menyampaikan, “Scaling Up Mini Plant yang sudah ada menjadi breaktrough subsitusi garam impor di Indonesia.”

Pembangunan Mini Plant Garam PLTU merupakan langkah awal pengolahan rejected brine menjadi garam. Langkah pengembangan selanjutnya yaitu memperhitungkan nilai investasinya apakah akan dilakukan sampai pada tahap concentrated brine atau tahap kristalisasi.

Untuk selanjutnya, Kemenko Perekonomian bersama dengan Kemenko Marves, Kemenperin dan BRIN terus berkomitmen mengembangkan garam industri di Indonesia. Selain itu diharapkan garam dapat menjadi salah satu komoditas unggulan berorientasi ekspor di masa datang.

“Dalam jangka panjang, diharapkan BRIN dapat terus mengembangkan teknologi pengolahan garam ini sehingga dapat direplikasi dan diterapkan pada sentra-sentra produksi garam di Indonesia,” pungkas Asisten Deputi Muksin.

0 Komentar
?
TAGS
Perikanan
Garam
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak