Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

budidaya ternak
Perkebunan Kroto Dengan Program 3M Pertama di Kota Tasikmalaya
Admin
31 Juli 2023
212 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Perkebunan Kroto Dengan Program 3M Pertama di Kota Tasikmalaya.

Bagi sebagian para petani, semut merupakan hama yang bisa merusak tanaman dan buah. Namun, ternyata semut juga bisa menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Semut yang dimaksud adalah jenis semut penghasil kroto. Di Kota Tasikmalaya kini telah ada perkebunan kroto yang lokasinya berada di jalan KH. E.Z. Muttaqin, di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi. Di luas area lahan sekitar 1,3 hektar ini, semut kroto dikembangkan melalui media tanaman pohon pucuk merah.

Pengelola perkembunan kroto,  Dede Hermawan (35) mengatakan, perkebunan ini baru 3 bulan berjalan dan sebagai perkebunan percontohan di Tasikmalaya. Perkebunan kroto ini mengedepankan program 3M, yakni menghijaukan, melestarikan, dan menghasilkan.

Menurutnya, M yang pertama yaitu lahan gambut yang tidak produktif , lahan gundul, dan gersang, ditanami pohon pucuk merah supaya alam menjadi indah, rindang dan hijau. M kedua yakni melestarikan, karena semut kroto sudah langka dan hampir punah akibat perburuan terus menerus. Perkebunan ini bertujuan untuk melestarikannya agar spesies tersebut tetap terjaga dan tidak mengalami kepunahan. Dan M yang terakhir adalah menghasilkan, di mana dari menghijaukan lahan dengan pohon pucuk merah dan melestarikan semut kroto di media pohon pucuk merah, maka akan menghasilkan telur kroto yang memiliki nilai jual tinggi karenga tingginya permintaan telur kroto.

dari luas lahan sekitar 1, 3 hektar baru ditanami sekitar 3000 pohon pucuk merah di perkebunan kroto ini. Dalam satu pohon terdapat 3 sampai 4 sarang semut dan masih memungkinkan jumlah sarang bertambah.

“Sarang kroto ini bisa dipanen sekitar 2 minggu atau satu bulan tergantung situasi dan kondisi. Namun, yang di sini belum dipanen karena masih percontohan,” ucap Dede.

Menurutnya, bisnis perkebunan kroto ini sangat menjanjikan, karena belum adanya pesaing dan banyak yang membutuhkan untuk pakan burung maupuan campuran umpan mancing.

“Permintaan kroto banyak dari Jabodetabek. Ada juga permintaan dari Bandung dan daerah lainnya,” ungkapnya.

Dede menjelaskan, untuk memulai perkebunan ini, pihaknya menyediakan lahan, tanaman pucuk merah, dan bibit semut kroto. Setelah tanaman pucuk merah ditanam, bibit semut merah kemudian disebar di bawah pohon dan tak perlu butuh lama semut akan membuat sarang sendiri. Sarang semut kroto ini bisa mencapai seukuran bola sepak dan dari satu sarang bisa menghasilkan kroto sebanyak 4 ons.

“Untuk harga dipasaran saat ini kisaran harga Rp 200.000 per kilogram,” ujarnya.

Dede menambahkan, untuk mengurus perkebunan korot dengan program 3M ini, dirinya dibantu oleh 25 pekerja. Mereka bekerja ada yang membuat lubang untuk penambahan jumlah pohon pucuk merah, ada yang bagian member merawat tanaman dan semut. “ Jadi yang dikasih makan itu semutnya, sedangkan tanamannya sekadar disiram dan dibersihkan dari rumput,” pungkasnya.

Sumber:    www.ayobandung.com

0 Komentar
?
TAGS
Peternakan
BudidayaKroto
Kroto
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak