Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya keragaman iklim yang menyebabkan perubahan jumlah, pola, dan distribusi hujan. Variasi pola dan distribusi hujan antarmusim dan antartahun menyebabkan MT tidak dapat lagi didefinisikan sama setiap tahun, yakni MH mulai Oktober sampai Maret dan untuk MK dari April sampai September.
Oleh karena itu, penentuan waktu tanam perlu mempertimbangkan jumlah curah hujan yang diperlukan pada awal MT serta jumlah dan distribusi curah hujan selama musim tanam, terutama pada fase awal pertanaman. Kriteria waktu tanam padi saat ini hanya mempertimbangkan curah hujan pada awal MH, yaitu jika curah hujan telah mencapai 50 mm atau lebih selama 3 dasarian berturut-turut. Kriteria tersebut perlu ditambah dengan jumlah dan distribusi hujan selama MT.
Persyaratan ini menjadi suatu keharusan untuk lahan sawah tadah hujan, sawah irigasi yang terletak di ujung saluran irigasi, dan sawah yang jaringan irigasinya rusak. Kriteria untuk menetapkan waktu tanam yang sesuai diterapkan di Indonesia adalah hari pertama dengan jumlah curah hujan selama lima hari berturut-turut sekurang-kurangnya 40 mm, dan tidak diikuti oleh 15 hari kering berturut-turut dengan curah hujan kurang dari 5 mm selama 30 hari setelahnya.
Kriteria tersebut dapat menghindarkan kesalahan dalam penentuan awal tanam. Pada sawah irigasi dengan sumber airnya dari waduk, waktu tanam ditentukan oleh waktu pembukaan pintu waduk setelah periode pemeliharaan yang umumnya pada bulan Oktober. Namun waktunya juga tidak tetap setiap tahun. Alternatif lain adalah dengan memanfaatkan prediksi musim berbasis harian operasional. Informasi tersebut perlu di-downscaled untuk meningkatkan akurasinya pada skala lokal.
Namun demikian perlu terlebih dahulu dibangun infrastruktur yang mendukung seperti sistem otomatis untuk akses data, perangkat pengolahan data, peningkatan kapasitas server, dan pelatihan bagi pengelola data. Informasi prediksi curah hujan berbasis harian minimal selama 1 bulan setelah tanam merupakan indikator penting dalam menentukan awal MT. Namun, penggunaan kriteria tersebut masih menjadi kendala karena prediksi awal musim yang dikeluarkan BMKG hanya memberikan informasi awal MH dan MK, dan sifat hujan.
Oleh karena itu, informasi tersebut perlu dilengkapi dengan prediksi curah hujan berbasis harian atau prediksi deret hari tanpa hujan minimal untuk 1 bulan setelah awal MT. Informasi tersebut disampaikan 1-2 bulan sebelum waktu tanam. Untuk memenuhi kebutuhan informasi prediksi musim untuk sektor pertanian, BMKG perlu menyedikan informasi setiap awal musim tanam.
Sumber: researchgate.net