Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

budidaya ternak
Pengaruh Cuaca Terhadap Kesehatan dan Kenyamanan Ternak Sapi di Indonesia
Admin
31 Mei 2024
21 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Pengaruh Cuaca Terhadap Kesehatan dan Kenyamanan Ternak Sapi di Indonesia.

Seperti halnya pada manusia, cuaca sehari-hari bisa mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan ternak sapi. Kondisi udara panas dan lembab dapat mengakibatkan sapi menjadi stres. Sapi yang mengalami stres akibat panas akan merasa tidak nyaman dan tidak mau makan, pada sapi perah, produksi susu akan menurun, dan dalam kondisi tersebut sapi yang masih pedet juga tidak dapat tumbuh dengan baik. Lebih lanjut, pada kondisi cuaca yang sangat panas sapi bisa saja mengalami kematian.

Kondisi cuaca yang sangat dingin dan basah juga bisa mengakibatkan stres pada ternak sapi. Pada kondisi suhu dingin atau saat hujan lebat berhari-hari atau badai, sapi bisa mengalami pneumonia, dan kebutuhan kalori sapi juga meningkat untuk tetap mempertahankan suhu tubuh tetap hangat. Jika sapi tidak mendapatkan makanan yang cukup untuk mempertahankan suhu tubuhnya, sapi akan menggunakan lemak dan jaringan otot untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan, pada proses tersebut sapi akan mulai mengalami penurunan berat badan, dan rentan terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kondisi stres.

Cuaca panas dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang serius pada sapi, khususnya pada kondisi cuaca panas yang diikuti dengan kelembaban yang tinggi. Masalah yang bisa timbul sangat bervariasi dari permasalahan infertilitas hingga kematian.

Sapi pada cuaca yang sangat panas dapat mengalami penurunan berat badan karena sapi tidak mau makan seperti biasanya dan tubuhnya akan menghabiskan energi dalam untuk mendinginkan badan dengan cara bernafas secara terengah-engah. Suhu netral yang ideal agar ternak tidak memerlukan tambahan energi untuk menghangatkan atau mendinginkan badan adalah sekitar 20-21°C (thermoneutral). Jika suhu udara turun atau naik secara signifikan dari kisaran suhu thermoneutral  tersebut, maka sapi akan memerlukan tambahan energi agar bisa mempertahankan proses tubuhnya secara normal. Seberapa bagus seekor sapi mengatur panas tubuh tergantung pada berbagai faktor seperti: jenis sapi, panjang bulu badannya, usia, kondisi tubuh/BCS, nutrisi, masa kebuntingan dan juga status kesehatan ternak.

Sapi dari jenis Bos indicus seperti sapi Brahman dan Ongole (yang berasal dari India dan Asia) memiliki ketahanan yang lebih terhadap cuaca panas, serta memiliki risiko rendah untuk masalah cuaca panas. Jenis sapi tersebut mempunyai kelenjar keringat yang lebih banyak dan beberapa perbedaan metabolik yang akan membantu mereka dalam menangani peningkatan suhu udara. Sapi dari jenis Bos taurus lebih gampang mengalami stres akibat lingkungan bersuhu panas jika tidak disilangkan dengan sapi Bos indicus.

Sapi yang memiliki warna tubuh yang lebih cerah (misalnya Brahman, Ongole) cenderung lebih tahan terhadap panas dibandingkan yang warna bulunya gelap (misalnya Angus), karena pemantulan cahaya akan menurunkan jumlah panas yang diserap oleh ternak sapi. Sebaliknya, sapi yang memiliki warna tubuh yang cerah memiliki risiko lebih tinggi terbakar oleh sinar matahari.

Warna tubuh sapi yang gelap akan menyerap panas lebih banyak karena warna tubuh tersebut lebih sulit untuk memantulkan panas dari lingkungan. Sapi angus misalnya, cenderung memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi hingga mencapai 40°C pada cuaca panas, di lain pihak pada suhu lingkungan yang sama, sapi yang warna tubuhnya lebih terang, suhu badannya tetap terjaga normal (38.6-38.9°C).

Jika suhu badan hewan terus naik hingga mencapai titik kritisnya yakni 41,7°C, sapi akan mengalami kegagalan sistem pernafasan, dan jantungnya akan berhenti berdetak. Saat suhu badan mencapai titik kritisnya, sapi akan mengalami serangan stroke, khususnya jika hewan tidak mendapatkan air yang cukup untuk mempertahankan tekanan darahnya tetap normal.

Sapi-sapi dengan ukuran yang sangat besar juga rentan terhadap stres panas. Sapi yang memiliki masa perototan lebih banyak juga akan menghasilkan panas dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan sapi yang ototnya lebih sedikit. Semakin banyak massa otot yang dimiliki oleh sapi, maka semakin banyak pula panas tubuh yang harus dikeluarkan, sedangkan luas permukaan tubuhnya tidak mampu mengimbangi peningkatan suhu akibat massa otot yang berlebih.

Indonesia adalah negara dengan iklim tropis yang cebderung ber suhu hangat atau panas dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu, bagi peternak Indonesia yang ingin mengembangkan peternakan sapi skala besar maupun kecil, pemilihan jenis atau bangsa sapi yang adaptif terhadap suhu dan cuaca di Indonesia sangat penting untuk dipertimbangkan dengan matang.

Sumber: bbibsingosari.ditjenpkh.pertanian.go.id

0 Komentar
?
TAGS
Peternakan
Sapi
Sapi Potong
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak