Ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki kandungan senyawa kimia alami yang meliputi alkaloid, saponin, polifenol, tannin, dan minyak atsiri. Kombinasi senyawa-senyawa ini telah terbukti bermanfaat sebagai zat pengendali hama tanaman. Di sisi lain, ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama polifag yang sering menyerang berbagai jenis tanaman dengan tingkat kerugian yang signifikan, mencapai 40-90%.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi efek racun perut dari ekstrak daun babadotan terhadap ulat grayak. Proses ekstraksi dilakukan dengan memaserasi 250g daun babadotan dalam pelarut methanol 70% selama 24 jam. Kemudian, ekstrak disaring dan diuapkan dengan waterbath hingga diperoleh ekstrak dasar. Ekstrak tersebut kemudian diencerkan menjadi konsentrasi 0%, 3%, 6%, dan 9%.
Pakan untuk ulat grayak berupa daun kubis yang direndam selama 5 menit ke dalam masing-masing konsentrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ekstrak babadotan pada konsentrasi 6% dan 9% pada pengamatan 24 jam menghasilkan jumlah ulat yang paling sedikit, dengan rata-rata hanya sebesar 1.0 ekor. Hal ini berbeda secara signifikan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan, jumlah ulat paling sedikit, yaitu 0 ekor, terjadi pada kelompok kontrol.
Namun demikian, setelah dilakukan pengamatan selama 72 jam, rata-rata mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi 9% dengan jumlah mencapai 5 ekor. Selain itu, ekstrak juga menyebabkan kegagalan dalam siklus metamorfosis pada ulat grayak (Spodoptera litura F.).
Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan memiliki potensi sebagai agen pengendali hama terhadap ulat grayak. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi mekanisme kerja serta potensi efek samping yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan dan organisme non-target lainnya sebelum dapat direkomendasikan sebagai agen pengendali hama secara luas dalam praktik pertanian.
Sumber: ppnp.e-journal.id