Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

pupuk organik
Pembuatan Pupuk Organik Yang Dikomposkan
Admin
7 Agustus 2020
55 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Pembuatan Pupuk Organik Yang Dikomposkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik yang dikomposkan adalah :

1. Kandungan air. Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk organik sangat tinggi, oleh karena itu diperlukan proses pengeringan hingga mencapai kadar air 30-35%.

2. Bentuk pupuk. Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang menjadi debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular, sedangkan peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam bentuk pelet untuk mempermudah penanganannya.

3. Kematangan kompos. Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain C/N rasio, pH, KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses pengomposan bahan organik mentah mengalami proses perombakan oleh mikroorganisme berupa fungi dan bakteri. Suhu dalam tumpukan kompos (hip) akan meningkat sejalan dengan aktivitas dekomposisi, demikian pula kadar total karbon akan menurun sementara kandungan nitrogen meningkat. Pada akhir proses pengomposan dimana telah terbentuk kompos yang matang, suhu akan menurun, dan C/N rasio menurun. Pemakaian kompos yang kurang matang akan merugikan pertumbuhan tanaman karena pengaruh panas yang tinggi serta adanya senyawa yang bersifat fitotoksik.

4. Kombinasi bahan dasar kompos. Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari beberapa macam bahan dasar seperti kombinasi antara limbah agroindustri dan kotoran ternak. Akibatnya, tipe dan kualitas kompos yang dihasilkan sering berubah-ubah sehingga menyulitkan produsen menstandarisasi produknya dan pemberian informasi dalam label yang tepat.

5. Bahan beracun. Masalah utama dalam produksi kompos adalah hadirnya logam/bahan beracun berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan tanaman. Bahan dasar kompos yang banyak digunakan dan mengandung bahan berbahaya adalah sampah kota dan limbah cair (sewage sludge). Logam berat yang sering terdapat dalam bahan tersebut adalah Cd, Pb, dan Cr (Tabel 6). Unsur-unsur ini akan terserap oleh tanaman dan termakan manusia dan akhirnya mengkontaminasi seluruh rantai makanan. Untuk kondisi di Indonesia kriteria tentang kandungan logam berat dalam pupuk organik ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor 2, bulan Februari 2006.

6. Pupuk organik dapat membawa patogen dan telur serta serangga yang mengganggu tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih gulma atau bibit penyakit bagi manusia. Pupuk kandang juga mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan, meskipun tidak beracun. Sedangkan pupuk hijau mungkin menimbulkan allelopati bagi tanaman pokok.

7. Kotoran ternak. Kotoran ternak yang dikomposkan menimbulkan masalah keracunan spesifik. Senyawa fitotoksik seperti asam lemak yang mudah menguap (volatile fatty acid) yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos secara teratur merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak terutama jenis unggas.

Sumber : Suriadikarta dan Setyorini

(MP3_S)

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak