Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk yaitu pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk buatan dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk buatan biasanya lebih “murni” dari pada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan kandungannya, tergantung dari sumbernya. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Meskipun demikian, pemberian pupuk buatan yang diaplikasikan secara terus menerus dapat mempengaruhi kualitas dari tanah yang digunakan budidaya. Oleh karena itu, proses pembuatan pupuk NPK dari bahan organik ini menjadi solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan yang berlebihan.
Sabtu (13/4), Dosen Agroteknologi UMY melakukan pendampingan proses pembuatan pupuk NPK dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari sisa-sisa bahan organik. Ir Mulyono, M.P., selaku Ketua pelaksana mengungkapkan “setiap sisa-sisa atau limbah dari rumah tangga itu banyak mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sperti Darah sapi, kambing maupun ayam itu banyak mengandung Nitrogen (N), tulang-tulang hewan mengandung Fosfor (P), abu sisa pembakaran baik itu pembakaran sabut kelapa, kayu bakar itu banyak mengandung Kalium (K)”. Dalam proses pembuatannya, semua bahan itu hanya cukup dicampurkan secara merata. Namun, untuk mempermudah proses pencapuran tulang-tulang tersebut perlu dijadikan tepung terlebih dahulu. “dalam proses penepungan tulang, tulang-tulang tersebut dibakar terlebih dahulu. Pembakaran ini berfungsi untuk menghilangkan bahan organik yang tertkandung didalang tulang tersebut” ungkap Taufiq Hidayat, S.P., M.Sc. salah satu Anggota pelaksana. Setelah semua bahan tercampur secara merata kemudian dikering anginkan. “Proses pengeringan ini jangan sampai terpapar sinar matahari secara langsung. Karena, jika terpapar sinar matahari secara langsung kandungan Nitrogen (N) akan menguap”, tutup Ir. Mulyono, M.P. setelah selesai melakukan pelatihan pembuatan pupuk NPK organik.
Setelah 1 minggu pupuk NPK organik siap diaplikasikan. Jum’at (26/4), tim kembali mengunjungi tempat pembuatan pupuk NPK organik. Pada kunjungan kali ini tim membawa 200 bibit cabai guna menguji pupuk NPK oraganik tersebut. “Saya berharap peninjauan ini tidak hanya dilakukan sekali, namun bisa dilakukan dua kali atau bahkan lebih. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk NPK organik ini pertama kalinya bagi kami” ungkap Tusriyani selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Pendopo. “Untuk memperlancar proses pembuatan pupuk NPK organik selanjutnya kami menyerahkan alat pembakaran yang dapat digunakan untuk proses pengabuan dan pembakaran tulang-tulang yang akan dijadikan bahan pembuatan pupuk NPK organik”, tutup Ir. Mulyono, M.P.
Sumber: agroteknologi.umy.ac.id