Mohon lengkapi data di bawah ini sebelum melanjutkan.

hama dan penyakit
Peluang Pengembangan Feromon Seks dalam Pengendalian Hama Ulat Bawang pada Bawang Merah
Admin
9 Maret 2024
74 kali dilihat
facebook twitter whatsapp
artikel
Peluang Pengembangan Feromon Seks dalam Pengendalian Hama Ulat Bawang pada Bawang Merah.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian penting di banyak wilayah. Namun, para petani bawang merah sering kali menghadapi tantangan besar dalam bentuk serangan hama ulat bawang Spodoptera exigua, yang bisa menyebabkan kerusakan parah pada panen mereka. Serangan ini tidak hanya merugikan secara ekonomi tapi juga mengancam keberlanjutan produksi bawang merah itu sendiri.

Permasalahan Utama: Serangan Hama Ulat Bawang

Hama ulat bawang telah menjadi musuh bebuyutan bagi petani bawang merah, dengan potensi kerusakan yang bisa mencapai angka mencengangkan yaitu 100%. Ini bukan hanya sekedar angka, melainkan sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh para petani. Metode pengendalian yang umumnya diterapkan, yaitu penggunaan insektisida sintetis, telah terbukti tidak efisien dan membawa dampak negatif berupa pencemaran lingkungan.

Terobosan Teknologi: Pengendalian Menggunakan Feromon Seks

Di tengah keputusasaan ini, muncul sebuah cahaya harapan berupa teknologi feromon seks. Feromon seks, yang merupakan sinyal kimia yang dilepaskan oleh serangga untuk menarik pasangannya, telah diteliti dan dikembangkan sebagai metode pengendalian hama yang inovatif. Penggunaan feromon seks dalam pengendalian hama menawarkan sebuah pendekatan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan insektisida konvensional.

Keunggulan dan Potensi Pengembangan

Pengendalian hama dengan menggunakan feromon seks memiliki sejumlah keunggulan signifikan. Pertama, teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan pada insektisida sintetis, yang selama ini dikenal memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kedua, penerapan teknologi ini dapat menurunkan biaya produksi, mengingat penggunaan feromon seks lebih terarah dan efisien. Ketiga, dan yang paling penting, adalah potensi untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pengurangan biaya dan peningkatan efektivitas pengendalian hama.

Kemampuan feromon seks dalam menarik hama jantan untuk kemudian ditangkap atau dibingungkan sehingga mereka tidak dapat menemukan pasangannya, membuka jalan bagi pengurangan populasi hama tanpa merusak ekosistem sekitar. Teknologi ini telah dikaji dan dikembangkan baik dalam skala laboratorium maupun lapang, menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Mendesaknya Pengembangan Lebih Luas

Dengan semua keunggulan yang ditawarkan, sudah saatnya teknologi feromon seks dikembangkan pada skala yang lebih luas, terutama di sentra-sentra produksi bawang merah yang sering kali menjadi lokasi endemis serangan hama ulat bawang. Pengembangan dan penerapan teknologi ini tidak hanya akan membantu dalam mengatasi masalah hama secara spesifik tetapi juga mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kesimpulan

Pengembangan dan penerapan feromon seks dalam pengendalian hama ulat bawang pada bawang merah menawarkan sebuah solusi inovatif yang efektif dan ramah lingkungan. Teknologi ini membawa harapan baru bagi petani dalam menghadapi tantangan serangan hama, sekaligus membuka peluang untuk praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Saatnya kita mendukung inovasi ini demi masa depan pertanian yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat.

Sumber: media.neliti.com

0 Komentar
?
TAGS
Pertanian
Bawang Merah
Bagikan:
facebook twitter whatsapp
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Lihat lebih banyak
Lentera DESA

Lentera DESA adalah platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks (pertanian, perikanan, dan peternakan). Lentera DESA menyediakan ruang Diskusi untuk saling bertukar informasi dan menjalin relasi. Lentera DESA dikelola oleh Unit Sistem Informasi dan Media Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Copyright © 2021 | Lentera DESA
Beranda
Artikel dan Video
Informasi
Kontak