Sebagai negara agraris Indonesia memiliki kurang lebih 70 juta ha lahan pertanian. Namun saat ini Indonesia kurang optimal dalam hal regenerasi para petani. Berdasarkan data Hasil Sensus Pertanian 2013, mayoritas petani ada di kelompok usia 45-54 tahun dengan jumlah 7.325.714 jiwa.
Ketua Umum Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (P2TPI) Indramayu Nurkilah mengatakan, saat ini sendiri generasi muda memang masih kurang berminat untuk menjadi petani terkhususnya di daerah Indramayu.
"Ya karena penghasilannya masih rendah jadi banyak anak-anak muda yang tidak tertarik lagi menjadi petani," katanya kepada Validnews, Rabu (3/5).
Dirinya menjelaskan, pemerintah juga seharusnya memberikan program yang lebih mensejahterakan petani agar lebih menarik kaula muda untuk terjun menjadi petani.
Meski ia sudah memberikan edukasi kepada generasi muda agar dapat terjun langsung ke pertanian, namun para pemuda tetap tidak tertarik masuk ke sektor ini.
"Terlebih saat ini kebijakan dari pemerintah masih belum berpihak kepada petani," ujarnya.
Di tempat berbeda, Sarah Utami (24 tahun) asal Indramayu mengatakan, dirinya tidak mau untuk turun langsung untuk bertani, dan lebih memilih untuk menyewakan lahan milik keluarganya ke orang lain.
"Realistis aja, jadi petani itu berat, aku lebih pilih untuk kerja di luar kota, meskipun keluarga punya sawah," katanya.
Ia mengungkapkan, selain penghasilan yang tidak seberapa, banyak risiko yang dihadapi oleh petani.
Menurutnya, beberapa resiko tersebut di antaranya gagal panen, dan juga harus bekerja ditengah terik matahari.
Berubah Sektor
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa menilai, penurunan petani tersebut merupakan hal yang wajar mengingat kondisi perekonomian di Indonesia sudah berkembang.
"Saya rasa jika ada penurunan merupakan hal yang sangat wajar, mengingat negara maju juga mengalami penurunan, bahkan di negara maju pertanian hanya 2% sampai 3% saja," tuturnya.
Ia memaparkan, penurunan petani muda tersebut mengindikasikan struktur ekonomi di Indonesia sendiri sudah berubah dan lebih berkembang ke sektor barang dan jasa.
Dirinya menganggap, yang seharusnya diperhatikan adalah jumlah lahan yang dikuasai oleh petani saat ini masih sedikit.
Hal tersebut diperparah dengan adanya rencana kebijakan impor beras yang akan dilakukan oleh pemerintah.
"Tentunya kebijakan itu melukai hati para petani, terlebih saat ini sedang musim panen dan harga saat ini sedang bagus untuk petani," paparnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pemuda yang bekerja di sektor pertanian angkanya terus menurun. Pada tahun 2011 tercatat ada 29,18% tetapi pada tahun 2021 angkanya menjadi 19,18%.
Sebaliknya yang terjadi pada sektor jasa, pemuda yang bekerja di sektor tersebut tercatat mencapai angka 55,8% pada tahun 2021 dan angka tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011 di mana persentasenya hanya mencapai 45,93%.
Masih mengacu data BPS, jumlah petani utama pada 2018 mencapai 27.68 juta petani. Jumlah tersebut paling banyak pada kelompok usia 45-54 tahun yakni 7,8 juta petani. Sementara, petani sangat sedikit pada kelompok umur kurang dari 25 tahun, hanya 274 ribu petani.
Sumber: validnews.id